Mendidik Anak Menjadi Pemimpin


Oleh Miftahul Jinan *

leader-icon1Saya yakin setiap orang tua menginginkan putra-putrinya kelak menjadi seorang pemimpin. Seorang yang dihormati dan diikuti oleh orang lain karena kebijaksanaan dan keteladanannya. Tetapi tidak semua mereka yakin bahwa anaknya kelak tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin seperti keinginan mereka. Ada keraguan, karena sebagian mereka meyakini bahwa seorang pemimpin itu tidak dibuat tetapi tetapi dilahirkan. Sehingga bagi orang tua hanya bisa berharap dan berdo’a semoga sosok yang lahir dari mereka adalah sosok pemimpin tersebut.
Tetapi nampaknya kita perlu melihat sebuah hadist Rasulullah SAW, “Setiap dari kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.” Hadist ini dengan gamblang menjelaskan bahwa setiap orang adalah pemimpin yang nantinya akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan anak-anak yang kita lahirkan juga mempunyai kesempatan untuk memimpin dan mempertanggung jawabkan apa yang dipimpinnya.
Permasalahan yang sesungguhnya adalah seberapa besar tanggung jawab yang dapat dipikul dan dipertanggung jawabkan oleh seseorang akan menentukan seberapa besar ia tumbuh menjadi seorang pemimpin. Beberapa orang dengan karakter tertentu mempunyai kemampuan untuk memikul tanggung jawab yang sangat besar. Sementara orang lain dengan tiadanya karakter tersebut tidak mempunyai kekuatan untuk memikul tanggung jawab kecuali hal-hal yang sederhana.
Pada banyak buku dan artikel menyebutkan beberapa karakter seorang pemimpin adalah; mempunyai visi yang kuat, mandiri, dapat bekerja sama, matang secara emosi, pembicara yang fasih, dapat memberi tauladan, berdisiplin, pembelajar, dan lain-lain.
Dengan beberapa karakter di atas, sebenarnya orang tua dapat mulai membimbing anaknya di dalam memunculkan karakter-karakter tersebut. Di bawah ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar beberapa karakter tersebut dapat dimunculkan.
1. Mendidik anak untuk mempunyai visi. Visi adalah impian besar yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Kebesaran kepemimpinan seseorang seringkali ditentukan oleh seberapa besar impian dirinya yang akan dicapai pada masa depannya. Seorang anak yang sering berimajinasi tentang bayangan-bayangan besar keinginannya biasanya akan tumbuh menjadi anak yang mempunyai keinginan yang besar. Anak seperti inilah yang mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi seorang pemimpin. Disinilah peran orang tua untuk memberi rangsangan anak-anaknya untuk berimajinasi tentang kehidupan-kehidupan yang kadangkala mungkin kurang masuk akal bagi orang tua. Menghormati imajinasi dan mau mendengar khayalan mereka adalah sikap yang baik bagi tumbuhnya sosok yang bervisi. Tidak semua orang tua yang mempunyai kesabaran untuk mendengarkan bualan (imajinasi) yang tidak ada hubungannya dengan realitas sekitarnya.
2. Mendidik anak untuk mandiri. Seorang pemimpin adalah pribadi yang berani dan mandiri di dalam membuat setiap keputusan. Pribadi yang mandiri hanya dapat berkembang pada keluarga yang memberi kesempatan bagi putranya untuk berlatih di dalam memutuskan secara mandiri hal-hal kecil. Saat keluarga kita mendatangi sebuah swalayan untuk berbelanja, kita dapat memberi kesempatan satu macam makanan yang dapat mereka pilih secara mandiri.
3. Mendidik anak mempunyai emosi yang matang. Pemimpin yang matang emosinya memiliki kemampuan mengelola perasaannya dengan sangat baik. Sikapnya cenderung tenang, stabil, berjiwa besar, rendah hati, dan mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Sebaliknya pemimpin yang kurang matang selalu mengedepankan emosinya manakala menghadapi masalah. Pribadi yang matang emosi akan tumbuh dari orang tua yang juga mempunyai kematangan emosi. Mereka tidak selalu bersikap reaktif terhadap perilaku putranya yang kadangkala menjengkelkan mereka. Tetapi justru perilaku-perilaku tersebut dijadikannya sebagai sarana membangun karakter positif bagi putranya. Seperti orang tua yang menjumpai putranya menutup pintunya dengan keras. Ia panggil putranya dengan lemah lembut dan ia memberi contoh menutup pintu dengan pelan dan meminta putranya untuk merasakan perbedaan menutup pintu dengan keras dan lembut.
4. Mendidik anak untuk bekerja sama. Kemampuan bekerja sama adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin besar. Ia mempunyai penghormatan yang tinggi terhadap setiap ide dan kontribusi bawahannya, sehingga ide dan kontribusinya juga mudah diterima oleh para bawahannya. Keluarga yang mampu membangun iklim saling menghormati di antara para anggotanya cenderung akan mudah membangun karakter kerja sama bagi para anggotanya. Pada keluarga ini tercipta iklim untuk berkontribusi dan menghormati satu dengan lainnya.
5. Mendidik anak untuk menjadi tauladan. Seorang pemimpin harus layak untuk ditauladani, baik perilaku dan ucapannya. Dan sosok yang layak ditauladani hanya tumbuh dan berkembang dari orang tua yang juga layak untuk diteladani pula. Sangat sulit bagi seorang anak untuk menjadi sosok tauladan bagi orang-orang sekelilingnya, jika ia sendiri belum menemukan pribadi yang ditauladaninya. Disinilah peran orang tua untuk selalu menjadikan diri mereka dan segala perilakunya sangat layak untuk ditiru.
Masih banyak karakter pemimpin yang sebenarnya dapat kita bangun, tinggal bagaimana kita memilih prioritas dari karakter-karakter`tersebut kemudian kita mencoba untuk mengembangkan kebiasaan apa yang dapat mulai kita jalankan dalam keluarga kita.
*Penulis Buku Parenting:
“Orang Tuaku Hobi Menghukum” (PanduanMemberi Sanksi pada anak bagi Ortu dan Guru)
“ Alhamdulillah Anakku Nakal” (Menikmati Kenakalan Anak)
“Aku Wariskan Moral Bagi Anakk” (Panduan Membentuk Moral Anak Bagi Ortu dan Guru)
“Smart Parent For Smart Student” (Panduan Cerdas bagi Orang Tua Murid)
“Napak Tilas Sukses Anak”
Sumber: griyaparenting.blogspot.com, http://www.pks-sidoarjo.org/parenting/mendidik-anak-menjadi-pemimpin.htm

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post