Islam merupakan agama yang rahmatan lil ‘alamin, salah satu
bentuk rahmat Islam adalah dengan ajarannya yang komplit, universal, relevan
dan komprehensif di manapun dan kapan pun. Bahkan rahmat Islam itu tidak semata
hanya dicurahkan kepada pemeluknya saja, melainkan juga kepada seluruh makhluk
di muka bumi ini, sebagaimana telah disinyalir dalam Al-Qur’an Surat al anbiya’
“dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (Al-Anbiya’:107)
Dalam
kaitannya dengan masalah politik dan hidup bernegara, Islam memandangnya
sebagai unsur integral dalam kehidupan manusia. Karena itu, tidak salah jika
kita mengatakan Al-Islam dinun wa daulah (Islam sejatinya adalah agama
sekaligus negara atau politik), Al-Islam ‘aqidah wa qanun (Islam adalah sebuah
kepercayaan yang berdasarkan undang-undang).
Di
tengah situasi politik di Indonesia yang sedang sangat buruk dan ditengarai
dengan banyaknya kasus korupsi. Maka tak heran, jika sekarang ini banyak orang
yang mengatakan, bahwa politik itu jelek, politik kotor, politik itu kejam,
politik itu tak kenal kawan atau lawan. Padahal menurut Islam politik itu tidak
kotor, bahkan politik itu menjadi suatu keharusan fitrah manusia di muka bumi
ini. Tidak ada orang hidup di dunia ini yang tidak terlibat kegiatan politik,
apakah dia menjadi pengikut keputusan politik atau menjadi pembuat keputusan
politik.
Oleh
sebab itu, tidak heran jika Imam Ghazali, sang hujjatul Islam itu mengatakan,
“al-din wa al-sulthan tauaman, la yatimmu ahaduhuma duna al akhori, fa al dinu
ushulun wa al sulthan harits,wa ma la haritsa lahu fa hadmuhu lazim ” (Beragama
dan mempunyai kekuasaan politik itu dua saudara kembar. Tidak akan berjalan yang
satu tanpa yang lainnya. Maka, agama adalah dasar untuk berjuang, dan politik
itu sebagai pengawal. Karena sesuatu yang tidak ada pengawalnya itu pasti
gagal).
Maka,
ketika kita mempunyai kekuasaan agama tetapi tidak mempunyai kekuasaan untuk
mempengaruhi kebijakan politik, maka kita akan merasakan kesulitan. Begitu juga
sebaliknya, ketika kita mempunyai kekuasaan politik tetapi tidak beragama, maka
kita akan sesat dan sewenang-wenang.
Kalangan
umat Islam meyakini pandangan integralistik ini sebagai paradigma politik Islam
yang ideal. Artinya, Islam tidak membedakan antara agama dan politik. Oleh
karena itu Islam sebagai agama kaffah (lengkap dan sempurna), maka Islam
mengurusi semua kehidupan umat manusia, termasuk urusan politik.
Islam
kemudian menjadi ideologi bagi masyarakat dalam rangka yang lebih konkret,
bahwa Islam memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menegakkan negara. Karena
agama dan negara mempunyai hubungan simbiotik, yaitu hubungan timbal balik dan
saling membutuhkan atau memerlukan. Di satu sisi agama memerlukan negara agar
dapat berkembang. Sebaliknya, negara memerlukan agama untuk mendapatkan
bimbingan moral dan etika.
Lalu,
bagaimana sikap kaum beragama di tengah situasi politik yang tengah dicederai
dengan korupsi, kolusi dan lemahnya penegakan hukum seperti yang kita lihat
saat ini. apakah politik itu memang harus dijauhi orang-orang yang beragama?
Tidak. Malah justru orang yang beragama dengan benar dan ingin menegakkan
kebenaran haruslah berpolitik.
Mungkin
Anda masih ingat dengan pernyataan Jamaluddin al-Afghany, Gurunya Muhammad
Abduh yang seakan-akan mewajibkan umat Islam berpolitik. Katanya, agar
kebijakan negara bisa memancarkan keagungan ajaran Islam, orang-orang Islam
harus mengisi kursi-kursi parlemen melalui kegiatan politik. Substansi
pernyataan Al-Afghany tersebut sama persis dengan apa yang disampaikan secara
berapi-api oleh Sang Proklamator Bung Karno pada saat sidang Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) tanggal 1 Juni 1945.
Dalam
pidatonya itu, Bung Karno mengemukakan bahwa kalau orang-orang Islam yang ingin
agar hukum-hukum di Indonesia bernuansa Islam, hendaknya orang-orang Islam
berjuang untuk merebut sebanyak-banyaknya kursi di parlemen, sehingga bisa
memengaruhi pembuatan hukum. Begitu juga, jika orang-orang Kristen menginginkan
agar hukum-hukum di Indonesia bercorak Kristen, maka orang-orang Kristen harus
berjuang sekuat-kuatnya untuk merebut kursi-kursi di parlemen.
Untuk
kaum muslimin, pernyataan yang dikemukakan Al-Afghany dan Soekarno itu tidak
lain berdasarkan pada kaidah ushul fiqh yang berbunyi, “Ma la yatimmu al-wajib
illa bihi fa huwa wajib” (Jika suatu kewajiban itu tidak dapat dilakukan tanpa
adanya atau tanpa melakukan sesuatu yang lain, maka mengadakan atau melakukan
sesuatu yang lain itu wajib juga adanya). Jika menegakkan amar makruf nahi
munkar atau menegakkan keadilan dan kebenaran itu tidak dapat terlaksana dengan
baik tanpa berpolitik, maka berpolitik itu hukumnya menjadi wajib.
Namun
sekarang ini, realitas kotornya politik yang tengah kita saksikan setiap hari
di berbagai media massa itu, seharusnya menjadi renungan bagi kita. Bagaimana
tidak, sudah berapa banyak kaum agamawan dan Ilmuwan yang kita harapkan mampu
membangun bangsa ini, justru ikut terseret arus politik yang busuk. Maraknya
kasus korupsi misalnya, sekarang pelakunya tidak hanya para politikus.
Melainkan guru, ustadz, dosen dan bahkan kiyai pun ikut kesandung kasus ini.
Mereka yang seharusnya mengurus, malah menjadi urusan. apa sebenarnya yang
sedang terjadi di negeri kita ini?
Rasanya
memang benar apa yang dikatakan Imam Al Ghazali itu, “Fasadu al-Ra’iyyah
bifasadi al-Umara’, wa fasadu al-Umara’ bifasadi al-Ulama’, wa fasadu al-Ulama’
bi hubbi al- mal” (Rusaknya masyarakat dalam bernegara itu karena pemerintahnya
yang rusak, pemerintah itu rusak karena ilmuwannya rusak, ilmuwan itu rusak
karena ilmuwan itu cinta harta).
Jangan-jangan
ini yang sedang terjadi di Indonesia saat ini, dimana rakyat bersikap brutal
dalam peristiwa sehari-hari, juga peran ilmuwan sekarang ini banyak diragukan.
Karena mereka tidak mengeluarkan fatwa atau memberi pendapat berdasarkan
pandangan yang obyektif ilmiah. Tetapi sering kali berdasar pesanan, sering
kali berapa uang ia dapat untuk mengeluarkan suatu pendapat hasil survei,
penelitian atau hasil apapun. Untuk itu, saatnya kita menyadari bahwa Rakyat,
Ulama, dan Umara harus pada posisi yang benar, agar negara ini aman dan
sejahtera.
Sumber: dakwatuna.com