Ada yang geram dan khawatir atas praktik pencemaran dan pelecehan terhadap
Presiden. Saya mengatakan, “Mari bersamaku untuk
bersabar. Yang mencemarkan dan melecehkan
hanya sebagian kecil saja.” Aku katakan padanya, “Segera temukan akhlak terpuji dari
nurani dan kedalaman jiwamu, agar anda dapat menahan diri
untuk bertindak negatif. Sungguh, aku sebagai presiden sama
sekali tidak akan memanfaatkan pedang undang-undang atau hak
privilage diriku sebagai presiden untuk menghukum pendapat/persepsi
yang berbeda (denganku)." (Presiden Moursi)
Sikap bijaksana Moursi, membuat lawan-lawan politik
termasuk AS menjadi susah menebak kemana arah kebijakan Presiden
Moursi. Malah menurut Profesor Mahmud Mi'wadh, menyebutkan bahwa
di editorial Washington Post dinyatakan, "Ada keraguan
AS dalam mendukung kekuasaan Moursi. Indikasinya jelas
dan terang:
1. Kunjungan Moursi
ditunda sebanyak 2 kali, padahal sejak dilantik undangan resmi
dari Obama sudah dilayangkan.
2. Kunjungan Moursi
ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Padahal Moursi
sudah berjumpa dengan para pemimpin negara pemilik hak Veto,
dari mulai Inggris, Perancis, Jerman,China hingga Rusia.
3. AS menunda bantuan
senilai 250 juta Dollar AS, yang telah ditegaskan oleh Jhon Kerry
Menlu AS saat berkunjung ke Mesir beberapa waktu lalu. Bantuan
AS tersebut satu paket dengan syarat mutlak yang harus diterima
Mesir, yaitu meratifikasi kesepakatan final dengan IMF. Namun apa
yang dilakukan Presiden Moursi?
Masih menurut Washington Post, "Semua
pihak dikejutkan dengan kebijakan
Presiden Moursi, setelah ia berhasil melakukan lobi-lobi dan misi ekonominya ke beberapa negara Arab. Hingga 2 negara Arab saja telah menggelontorkan pinjaman lunak tak berbunga sebesar 5 milyar Dollar AS. Bantuan inilah yang membuat Presiden Moursi lebih percaya diri untuk menentang atau enggan menjalankan setiap supervisi (tepatnya tekanan) AS bahkan sudah berani menentang kebijakan Washington. Salah satunya berani membuka hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Iran, negeri yang selama ini disebut "Sarang Teroris" oleh AS.
Presiden Moursi, setelah ia berhasil melakukan lobi-lobi dan misi ekonominya ke beberapa negara Arab. Hingga 2 negara Arab saja telah menggelontorkan pinjaman lunak tak berbunga sebesar 5 milyar Dollar AS. Bantuan inilah yang membuat Presiden Moursi lebih percaya diri untuk menentang atau enggan menjalankan setiap supervisi (tepatnya tekanan) AS bahkan sudah berani menentang kebijakan Washington. Salah satunya berani membuka hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Iran, negeri yang selama ini disebut "Sarang Teroris" oleh AS.
Namun Washington Post menambahkan, kegalauan AS
dicoba agar kembali ke posisi super powernya, dengan cara
terus menjalin hubungan kuat dengan militer Mesir. Di sisi lain,
tak kenal menyerah membiayai aksi-aksi kaum
sekuler-liberal-dan muslim ambigu untuk mengganggu Moursi di dalam
negeri.
Itulah Presiden Moursi. Bekerja dalam diam. Berjihad
dalam senyap. Hampir tak diliput oleh media-media
sekuler-liberal, bahkan dicemooh oleh kaum muslim ambigu. Moursi, sedikit demi sedikit memerdekakan
Mesir dari perbudakan modern kepada AS-Barat. Bahkan target Moursi selanjutnya
adalah, menitikberatkan pada independensi militer Mesir
dari bantuan-bantuan mengikat dan multisyarat dari AS.
Kemampuan Moursi sebagai seorang teknokrat, doktor dan ilmuan yang kenyang dengan
penelitian ilmiah, dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama
alih teknologi di segala bidang, terutama militer. Agar
militer Mesir memiliki kemampuan memproduksi alat-alat tempur yang canggih dan terukur.
Selain militer, Moursi pun menekankan swasembada
gandum, yang menjadi makanan pokok warga Mesir. Dengan menteri
pertanian bernama Basim 'Audah, Mesir telah dan sedang
menuju kemandirian itu. Oleh karena itu, pihak Liberal-Sekuler-muslim
ambigu menekan Moursi agar memecat sang menteri. Tentu, kebijakan Moursi
tidak akan lempang. Fitnah, pelecehan, bahkan hinaan ibarat hujan
badai yang tiap hari tak kenal berhenti. Contoh: ketika
membuka hubungan dengan Iran, komentar kaum liberal-sekuler
adalah: Moursi-IM akan menjadikan Mesir negara Teokrasi. Moursi
dikontrol oleh Mursyid IM. Sedang oleh kaum musli ambigu Moursi
dituduh: Moursi janjinya mendatangkan Syariah malah
mendatangkan Syi'ah. Dengan sinisme menghilangkan huruf "ra" di kata syariah.
mendatangkan Syi'ah. Dengan sinisme menghilangkan huruf "ra" di kata syariah.
Namun, dengan sikap kebapakan dan
kenegarawanannya, Moursi menyadari sesadarn-sadarnyabahwa ia berkuasa
sepeninggal rezim Mubarak yang meninggalkan banyak hutang, carut
marut ekonomi, ketidak-berdayaan militer, dan kondisi masyarakat yang telah
lama dijauhkan dari syariat oleh Mubarak dengan program pendidikan
Amerikanisasi yang pro Israeltermasuk di Al-Azhar sendiri. Terbukti AS-Israel meminta kembali
dana 3 Milyar dollar AS kepada Mubarak yang disebutnya sebagai dana
deradikalisasi kurikulum di Al-Azhar.
Moursi sadar, ia berkuasa bukan setelah Umar bin
Khatthab atau Umar bin Abdul Aziz. Ia pun berkuasa bukan memimpin rakyat seberkualitas Utsman bin Affan
atau Ali bin Abi THalib. Ia beruasa di masa yang penuh dengan fitnahdan
kaum zindiq. Ia berusaha keras untuk mentahbiskan diri sebagai Leader
bukan lagi Follower. Sebagai Bapak, bukan lagi anak manja. Sebagai
Rijaal bukan lagi sosok sentimentil dan emosional. Itulah sekelumit kisah Presiden Moursi.
Semoga bermanfaat.
(Ust. Nandang Burhanuddin -
pksbandungkota.blogspot.com)
Post a Comment