Iftitah
Bila
kita hendak mengetahui betapa pentingnya masa muda kita bisa menilik pada
sejarah. Para nabi utusan Allah hampir semua menerima wahyu pada usia muda.
Karena pada kaum muda terdapat berbagai potensi dan kekuatan yang tidak
dimiliki anak-anak dan orang yang sudah lanjut usia. Maka bila tidak terarahkan
secara baik dikhawatirkan akan beralih menjadi potensi kejahatan dan kejelekan
yang akan merusak. Bukan hanya bagi dirinya, tapi bisa berakibat pada lingkungan
sekitarnya.
Perhatian
al-Qur’an terhadap pemuda tertuang secara simbolik melalui kisahashâbul kahfi. Kisah
heroik beberapa orang kaum muda yang konsisten berpegang pada ajaran Allah
meski berhadapan dengan penguasa diktator yang gencar mengintimidasi dengan
teror-teror fisik dan psikis. Kepada siapapun yang enggan menyembah sesembahan
dan tunduk pada agama mereka.
Konsisten dan Sabar
Kunci dari kisah heroik ashâbul kahfi sebenarnya terletak pada konsistensi mereka dalam mempertahankan
semangat dakwah mereka serta kesabaran mereka. Terlihat jelas dari kejelian
mereka mengatur strategi berdakwah. Menyembunyikan keimanan mereka dan kemudian
berani lantang menyuarakan kebenaran pada saat yang tepat. Meski pada akhirnya
Allah lah yang mengatur strategi lebih jitu dan memiliki rencana. Di atas semua
rencana hamba-hamba-Nya.
Di
antara sebab-sebab diturunkannya Surat al-Kahfi –sebagaimana yang ditulis oleh
as-Suyuthi dalam Lubâb an-Nuqûl, demikian juga ath-Thabari dan
Ibnu Katsir dalam tafsirnya- Ibnu Abbas ra meriwayatkan, saat itu Nadhar bin
Harits dan Uqbah bin Abi Mu’ith pergi ke pendeta-pendeta Yahudi. Singkat cerita
mereka menyuruh Nadhar dan Uqbah untuk bertanya tiga hal pada Nabi Muhammad
saw. : tentang ashâbul
kahfi, Raja Zulkarnaen dan tentang ruh. Jika bisa terjawab maka
Muhammad benar-benar seorang Nabi utusan Allah. Maka mereka pun bergegas
menguji Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad seketika menjawab,”Akan aku jawab besok.” Ternyata sampai lima belas malam belum juga turun wahyu. Nabi
pun bersedih dan khawatir umatnya semakin berani mengolok-olokkan dan
mendustakannya. Allah pun menurunkan wahyu-Nya. Beliau ditegur karena
memastikan sesuatu, tidak mengatakan ”insya Allah”. ”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Sesungguhnya
Aku akan mengerjakan Ini besok pagi. Kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”.
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: Mudah-mudahan
Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada
ini.” (QS. 18 : 23-24)
Tanda-tanda Kekuasaan Allah
Pada
ayat sembilan Allah berfirman,” Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang
mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan
kami yang mengherankan?” (QS. 18 :9). Karena terkadang kita terjebak pada hal-hal yang
seperti ini. Cenderung mengultuskan orang-orang yang diberi karomah oleh Allah.
Padahal sebenarnya Allah ingin menyampaikan pesan kekuasaan-Nya melalui mereka.
Sebagaimana memberi para rasul dan nabi-Nya dengan berbagai mukjizat.
Siapakah Ashâbul Kahfi
Ashâbul kahfi hidup membawa ajaran Nabi Isa as. Hanya saja al-Qur’an tidak
menjelaskan dengan detail kapan mereka hidup. Al-Qur’an hanya menyebutkan
berapa lama mereka ditidurkan Allah dalam gua. ”Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun” (QS. 18: 25) Yaitu selama 300 tahun
(Kalender Masehi) atau sama dengan 309 tahun (Kalender Hijriyah). Karena itu
Allah menyebutkannya dengan ”wazdâdû
tis’an”.
Mereka
adalah sekelompok pemuda yang jumlahnya diperselisihkan. Ada yang mengatakan jumlah mereka tujuh
orang ditambah satu anjing penjaga. Bahkan di antara mereka menjadi orang
kepercayaan Gubernur Romawi saat itu -menurut Ibnu Katsir bernama Diqyanus.
Sekaligus menepis rumor bahwa agama Islam hanya dianut oleh orang-orang miskin
dan lemah. Justru sebaliknya agama ini mampu menembus dinding-dinding istana
meski dikawal ketat oleh para algojo kezhaliman. Sebagaimana dakwah Nabi Musa
as. yang masuk istana dengan tenang meski Fir’aun secara membabi buta telah
membunuh ratusan, bahkan mungkin ribuan bayi.
Kekuatan Obesi dan Manajemen Harapan
”Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini
dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (QS.
18: 13). Disampin konsisten memegang teguh iman kepada Allah para pemuda itu
teguh memegang prinsip dan mempertahankan harapan dengan penuh keyakinan bahwa
suatu saat nanti Allah akan menurunkan pertolongan-Nya pada hamba-hamba-nya
yang tertindas serta memuliakan agama-Nya dan para penganutnya yang taat.
Allah-pun meneguskan mereka dan semakin menambahkan petunjuk-Nya kepada mereka.
Inilah
yang dalam ilmu manajemen modern disebut dengan ”manajemen harapan”. Yaitu bagaimana seseorang mampu
mempertahankan mimpi, angan dan cita-citanya agar tidak luntur meskipun
berhadapan dengan berbagai halangan dan rintangan yang sangat dahsyat dan
datang bertubi-tubi. Bahkan mampu menularkannya pada orang lain sehingga tujuan
mulia ini terus dimiliki dan ditularkan dari generasi ke generasi.
Itulah
kekuatan berkata benar di depan penguasa yang lalim dan zhalim. Allah
meneguhkan mereka saat diperlukan sebuah keterusterangan. Dengan lantang mereka
berani berkata: ”Tuhan kami
adalah Tuhan pencipta langit dan bumi. Kami sekali-kali tidak menuhankan
siapapun selain-Nya” (lihatlah ayat 14). Hal ini dikatakan di
depan para pemuka kerajaan bahkan sebagian riwayat ada yang menyebutkan di
depan upacara resmi yang dihadiri oleh Kaisar Agung Romawi. Dan tentunya
disaksikan oleh ratusan bahkan ribuan pasang mata. Tentunya merupakan pukulan
telak bagi penguasa saat itu. Karenanya Allah meneguhkan mereka. Sehingga
mereka berani berkata benar dengan lantang tanpa ketakutan sedikit pun. Apapun
konsekuensinya. Mereka pun memberikan argument kuat dan berani. Hal ini bisa
kita lihat di ayat selanjutnya (15), ”Kaum kami ini telah menjadikan selain dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadapAllah?” Bahwa tak ada yang laik untuk dituhankan kecuali Dzat yang
serba Maha. Siapakah Kaisar Romawi yang mengaku sebagai titisan Dewa. Apa
kelebihan berhala-berhala yang tak bernyawa yang mereka sembah? Atau ruh-ruh
leluhur mereka yang tidak ketahuan bagaimana nasib mereka di alam kubur?
Konsekuensi
Berdakwah
menyampaikan kebenaran bukanlah jalan mudah yang penuh pujian dan untaian
penghargaan. Dari sejak Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Ibrahim, Musa, Isa, semua
dibalas dengan cemoohan dan terror-teror psikis serta tak jarang mengarah pada
terror dan ancaman fisik. Padahal mereka adalah orang-orang terbaik di
zamannya. Hal ini sepenuhnya dipahami oleh para pemuda kahfi. Mereka pun
kemudian menjadi buronan. Namun, Allah memberi ilham pada mereka untuk lari dan
berlindung ke dalam sebuah gua. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa lari
dalam situasi seperti ini dibolehkan. Bukan lari dari tanggung jawab. Namun,
lebih merupakan sebuah strategi. Mengingat kekuatan musuh yang jauh lebih
besar. Sedangkan lari dari medan peperangan yang dilaknat Allah adalah sikap
pengecut yang takut dari kematian. Kemudian mereka pun ditidurkan Allah selama
300 tahun.
Disinilah
Allah memberikan pancaran rahmat dan kekuasaannya pada mereka. Meski tidur
Allah memberikan sinar matahari serta membolak-balikkan mereka, supaya tetap
bertahan dan tidak dimakan binatang dan bumi. ”Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka
ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri
sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya,
Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya..” (QS.
18: 17)
Selain
itu Allah juga menjaga mereka dari tangan-tangan jahil yang berusaha menyakiti
mereka. ”Dan kamu mengira mereka itu
bangun, padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. dan
jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap
mereka.” (QS. 18: 18). Sehingga sampai bertahan sekian tahun mereka pun
tak ada yang bisa menyentuh.
Pembuktian Janji Allah
Datanglah
hari pembuktian janji Allah pada mereka. Mereka dibangunkan Allah. Sebagian
bertanya-tanya kira-kira berapa lama tidur. Ada yang menjawab setengah hari dan
ada yang menjawab satu hari. Lihatlah pembicaraan mereka,”Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar
mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di
antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. Mereka menjawab:
“Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi):
“Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka
hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut
dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpunز Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan
melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika
demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya.” (QS.
18: 19-20)
Saat
salah satu dari mereka turun ke kota, semuanya telah berubah. Orang-orang
dengan mudah dan tenang menyebut nama Allah. Tak ada rasa ketakutan sedikit
pun. Semua telah berubah. Hal ini berlanjut ketika ia hendak membeli makanan
sebagaimana yang dipesankan oleh teman-temannya untuk mengganjal perut yang
lapar. Uang yang dibawanya sudah tak laku. Karena sudah berlalu tiga abad.
Bahkan kemudian ia di bawa menghadap raja untuk ditanyai banyak hal. Singkat
cerita terungkap bahwa dia adalah salah seorang dari para pemuda yang lari ke
gua untuk menghindar dari teror Diqyanus yang zhalim. Sebagaimana dimaklumi
penguasa saat itu telah memeluk agama Nabi Isa.
Kemudian
semua ashâbul kahfi pun dibawa dan dikumpulkan di kota. Sekaligus untuk menjawab
keraguan akan hari kebangkitan. Inilah buktinya bahwa Allah mampu membangunkan
orang mati. Sehingga keraguan tentang hari kebangkitan bisa disirnakan dengan
kisah nyata dan dengan saksi hidup seperti ini.
Allah
pun mengabulkan doa-doa mereka ketika bermunajat memohon pertolongan dan
sandaran pada-Nya. Mereka khusyu’ dan terus mempertahankan harapan ini. Para
dai di luar gua pun makin gigih mendakwahkan agama yang terus diteror oleh
penguasa.
Karena
rentang waktu yang jauh dengan gaya hidup dan masa yang berbeda, Allah pun
kembali menyabut nyawa mereka. Supaya mereka lebih tenang dan yakin ketika
menghadap Allah. Dan karena hidup dengan suasana seperti itu sungguh sangat
tidak nyaman. Mungkin juga dikhawatirkan mereka akan dikultuskan, dituhankan
dan disembah oleh kaum mereka.
Pelajaran Berharga
1. Kaum
muda itu tidak identik dengan hura-hura, tidak bisa diatur, tidak serius. Namun
kaum muda adalah sekelompok orang yang penuh potensi kebaikan dan kekuatan yang
bisa dimenej bisa dioptimalkan untuk berbagai kemaslahatan umat. Karena bila
tidak digunakan untuk hal-hal yang baik akan mengarah pada hal-hal negatif yang
merugikan banyak orang,
2. Orang
tua perlu memberi kesempatan kaum muda untuk berbuat dan berkarya dengan arahan
dan bimbingan. Bukan sebaliknya disisihkan atau bahkan dijadikan saingan,
3. Konsisten
dan teguh dalam memegang prinsip selama itu merupakan sebuah kebenaran. Meski
berhadapan dengan kezhaliman dan terror-teror fisik atau psikis,
4. Memiliki
manajemen harapan yang kuat dengan terus menenamkan rasa tawakkal pada Allah
yang dibarengi usaha yang maksimal serta menularkannya kepada generasi setelah
kita,
5. Tidak
berputus asa dalam berdakwah bagaimanapun kondisinya serta berani menanggung
resiko apapun,
6. Mempunyai
strategi yang tepat dalam berdakwah serta mampu membangun jaringan (network) yang baik,
7. Segala
sesuatu itu berproses dan tidak terjadi seketika. Kemenangan agama Allah dan
pembuktian janji Allah pun dengan sunnatullah. Bahkan dalam kisah ini
memerlukan waktu tiga abad,
8. Berdakwah
tidak menunggu tua atau banyak ilmu. Tapi sampaikan dakwah itu sesuai
pengetahuan kita,
9. Menuai
hasil dan buah usaha tidak selamanya bisa disaksikan langsung saat kita hidup.
Namun bisa jadi bermanfaat untuk generasi setelah kita. Dengan ini justru akan
semakin membuat amal kita bernilai tinggi dengan segenap keikhlasan dan
ketulusan serta sepenuh kepasrahan pada Allah.
Ikhtitam
Semoga
sedikit yang kita tadabburi ini semakin mendekatkan kita dengan al-Qur’an serta
semakin membangun ketakwaan kita pada Allah. Demi menggapai kemuliaan di sisi
Allah. WalLâhu a’lam.
(DR. Saiful Bahri, MA)
Post a Comment