Sebentar lagi waktunya kita memilih presiden baru
untuk negeri Indonesia ini. Kita butuh presiden sebagai pemimpin 250 juta orang
lebih rakyat dalam perjalanan waktu lima tahun ke depan untuk mengkoordinir
segala urusannya, ke dalam negeri maupun ke luar negeri. Sebagaimana dalam
bepergian dengan beberapa orang saja Rasulullah berpesan untuk memilih seorang
pemimpin seperti dalam hadits ini, “Apabila tiga orang pergi dalam perjalanan,
maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai
pemimpinnya.” (HR. Ibnu Majah), maka negara yang isinya lebih dari tiga orang
ini pasti harus juga memiliki presiden.
Masalah pemilihan presiden ini bisa jadi sangat
kebingungan jika akhir-akhir ini kita melihat media massa. Stasiun TV A bilang
pilih yang ini tapi stasiun TV B sebaliknya. Banyak koran dan majalah yang
isinya sama saja. Apalagi jika pemilik TV atau koran mendukung salah satu
capres dengan alasan masing-masing. Lalu siapa yang harus dipilih, nomor satu
apa yang mana? Nah, bagi seorang muslim sudah ada panduan yang harus diikuti agar
tidak bingung yaitu al- Quran dan as- Sunnah. Kapan pun dan dalam hal apa
pun panduan ini selalu dapat dipakai termasuk memutuskan pilih siapa dalam
Pemilu. Keduanya adalah pegangan hidup yang sempurna, warisan dari Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Memilih pemimpin sebuah bangsa sejatinya bukan urusan
yang baru muncul di jaman sekarang. Silakan dilihat mushaf Al Qurannya
masing-masing dalam surat Al Qashash ayat 26, "Dan salah seorang dari kedua perempuan itu berkata, "wahai ayahku jadikanlah dia sebagai pekerja pada kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya."
Lalu dalam Al Baqarah ayat 247, “Nabi mereka mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab, 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak' Nabi (mereka) berkata, 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui”.
Lalu dalam Al Baqarah ayat 247, “Nabi mereka mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu'. Mereka menjawab, 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak' Nabi (mereka) berkata, 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa'. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui”.
Begitu juga bisa dilihat ke surat
Yusuf ayat 54-55,“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku
memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu [mulai] hari
ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi
kami". Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara [Mesir];
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.".
Memang kedua capres yang sedang berkompetisi saat ini
bukanlah manusia yang sempurna, namun tetap saja kita harus memilih siapa yang
terbaik. Pada ayat-ayat tersebut Allah Ta’ala telah mengajarkan kepada kita apa
saja kriteria pemimpin yang baik, atau dalam konteks Indonesia apa saja
kriteria seorang presiden yang tersimpulkan dalam kata-kata kuat dan amanah.
Coba kita uraikan kedua kriteria tersebut.
Yang pertama adalah kuat, seperti apakah kekuatan yang
dimaksud? Kuat di sini bisa dimaknai sebagai kuat fisik, kuat dari segi emosi
atau mentalnya, kuat dari segi ilmu pengetahuan, dan yang sangat penting adalah
kuat agamanya. Langsung saja kita hubungkan kepada capres yang ada, siapakah
yang kuat fisiknya? Untuk poin ini, telah kita ketahui bersama bahwa pak
Prabowo sangat terlatih untuk melakukan tugas-tugas berat dalam kondisi susah
bahkan hingga ke pedalaman Timor Timur dan Irian Jaya. Fisik yang kuat sngat
diperlukan untuk mengatur negeri berpenduduk besar seluas Indonesia ini.
Untuk kuat dari segi emosi atau mental, ini bisa kita
perhatikan dari bagaimana mereka mengikuti debat capres dan bagaimana sikap
mereka terhadap isu-isu yang muncul di masyarakat. Pak Prabowo telah
bertahun-tahun didera oleh isu pelanggaran HAM yang tidak jelas buktinya,
bahkan keikutsertaan beliau dalam pemilihan presiden sesungguhnya menegaskan
bahwa beliau tidak bersalah atas apa yang dituduhkan tersebut karena telah
lolos seleksi KPU. Sebelumnya pak Prabowo pernah berpasangan dengan calon dari
partai yang sekarang berseberangan di Pemilu ini, mereka yang sebelumnya diam
kini mengungkit-ungkit kasus yang tidak jelas tersebut untuk mencemarkan nama
beliau namun beliau tidak membalas dengan cara yang buruk, tentu kita masih
ingat pertanyaan cawapres lawan beliau pada debat presiden pertama. Jika
dipikir tuduhan ini memang aneh karena apabila beliau memang pelanggar HAM
tentu pembantaian yang sama seperti yang dialami demonstran damai penentang
kudeta di Mesir itu juga bisa terjadi di Indonesia karena beliaulah komandan
pasukan yang berhadapan dengan demonstran di penghujung orde baru yang dapat
saja menembaki para demonstran. Terlebih lagi dengan usaha beliau menemui
tokoh-tokoh saat itu untuk mencegah kekacauan yang lebih besar. Sikap beliau
dalam menanggapi segala fitnah ini menunjukkan beliau punya kekuatan mental
yang baik.
Untuk kuat dari segi ilmu juga bisa kita lihat pada
debat presiden, pada hobi membaca beliau yang besar, atau penguasaan atas
beberapa bahasa asing. Program yang diajukan juga bagus, tentu berasal dari
pemahamannya terhadap berbagai ilmu pengetahuan dan juga atas masalah yang ada
Indonesia. Sebaliknya, tidak mungkin kita akan mempercayakan penguasaan negara
pada orang yang tidak paham masalah-masalah pokok di negara kita sehingga
meremehkan ancaman sebuah negara besar terhadap kedaulatan Indonesia atas pulau
Natuna yang kaya sumber migas di laut China Selatan. Bagaimana mungkin seorang
Presiden akan dapat menjaga perbatasan jika dia tidak paham dimana ada ancaman
terhadap batas wilayah negerinya.
Yang terakhir dan sangat penting adalah kuat dari sisi
agama. Sepertinya sulit bagi kita untuk menilai agama calon presiden karena ketaqwaan
atau kualitas agama sesungguhnya susah diukur dari melihat panjangnya sorban,
titel haji atau melihat foto seseorang memimpin shalat berjamaah. Namun ada
cara lain untuk mengukur keberagamaan seseorang atau pemihakannya terhadap umat
beragama yaitu dengan melihat siapa teman-teman dekat, siapa sponsor atau siapa
pendukungnya. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi
petunjuk pada kita, “Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena
itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan
teman.”(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dari hadits tersebut kita mengetahui bahwa umumnya
seseorang akan berteman dengan yang memiliki sifat mirip dengannya, otomatis ia
juga akan mendukung calon pemimpin yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan
dirinya. Maka lihatlah siapa yang mendukung siapa? Siapakah calon presiden yang
dekat dan didukung oleh ulama. Pak Prabowo didukung sekian banyak ulama dari
berbagai organisasi mulai dari kyai-kyai sepuh hingga ustadz-ustadz muda. Jika
ingin Indonesia jaya, peluang dakwah terbuka, masa depan generasi mendatang
lebih sejahtera dan jauh dari paham liberalisme, pasti kita akan memilih calon
presiden yang dekat dengan ulama dan cendekiawan.
Kemudian mengenai kriteria kedua yaitu amanah. Amanah
bermakna menunaikan kewajiban kepada orang lain atau kredibilitas yang tinggi
dalam melaksanakan tugas. Sifat ini sangatlah penting bagi seorang pemimpin
karena menunjukkan kualitas iman seseorang sekaligus kualitas kepemimpinannya dan
tentunya kita menginginkan pemimpin yang baik imannya. Allah telah
memperingatkan kita untuk selalu amanah, apalagi pemimpin yang akan mengayomi
sekian ratus juta rakyatnya tentu harus bersifat amanah. Allah berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal 27).
Rasulullah juga telah bersabda, “Jika amanah
diabaikan maka tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu
disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika suatu urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR.
Al-Bukhari)
Kebalikan dari sifat amanah adalah khianat, ini
berdekatan dengan sifat suka ingkar janji dan berbohong merupakan sifat yang
sangat tercela dalam Islam.
Pada hari-hari ini, kita membutuhkan orang yang
benar-benar mampu melaksanakan tugas dengan baik. Kampanye yang telah
berlangsung secara massif seringkali membuat orang yang sesungguhnya tidak
amanah justru kelihatan amanah. Untuk mempermudah penilaian, ada berbagai
informasi resmi yang bisa kita lihat, contohnya: kekayaan para capres yang
diumumkan KPK akan menunjukkan apakah benar ada capres yang tidak kaya raya,
ada juga laporan BPK untuk memastikan apakah klaim keberhasilan dalam
pengelolaan ibukota dengan berbagai program yang sering dibanggakan itu benar?
Sesungguhnya kita butuh capres yang jujur apa adanya, tidak dibuat-buat dan
tidak dipoles dengan pencitraan habis-habisan, Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan
mengantarkan kepada surga, seseorang berbuat jujur hingga menjadi ahli berbuat
jujur. Dan sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada kedurhakaan dan
kedurhakaan mengantarkan kepada neraka, seseorang berbuat dusta hingga
ditetapkan sebagai pendusta.” (HR. Bukhari)
Syukurilah nikmat akal sehat kita dengan menggunakan untuk amal kebaikan, dengan memilih yang terbaik dalam pilpres ini. Berhati-hatilah dan jangan mudah termakan kampanye hitam. Kita perlu resapi bahwa pilihan yang
tepat akan mendatangkan kebaikan bagi rakyat Indonesia sedangkan pilihan yang
salah dan keliru akan menjerumuskan negeri ini ke dalam kesengsaraan. Ingatlah
bahwa satu hak pilih kita bersama seluruh rakyat akan menentukan masa depan
bangsa, masa depan anak cucu kita. Mohonlah petunjuk Allah Ta’ala dan luruskan
niat bahwa kita memilih untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini bukan
karena sekadar suka pada figur tertentu atau karena ikatan golongan dan
kesukuan yang akan mengorbankan umat dan bangsa kita. Pilih yang asli, pilih
yang terbaik!