Bendera itu Berkibar di Teluk Cenderawasih


Dalam perjalanan menuju Wasior, ibukota Kabupaten Teluk Wondama-Papua Barat, kapal kami sempat berlabuh di pelabuhan kecil Windesi. Sebuah kawasan terpencil yang terletak antara Manokwari-Wasior. Kawasan yang dipenuhi dengan pepohonan bakau dan semak belukar. Serta merupakan wilayah  konservasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Masyarakat asli Papua berkumpul di tepi pelabuhan kayu menanti kerabatnya yang turun. Tampak wajah-wajah gembira dan lugu khas masyarakat pedalaman. Tak jauh dari dermaga terlihat sebuah perahu kecil tertambat. Di atasnya berdiri sebuah tiang. Di atas tiang berkibar sebuah bendera yang tak asing bagi saya. Bendera sebuah partai dakwah, Bendera Partai Keadilan Sejahtera.

Seakan tak pecaya, saya memicingkan mata untuk memastikan. Subhanallah ternyata betul. Itu bendera PKS. Kenapa bisa berada di sini? Sebuah tempat yang nun jauh dan tak biasa dikunjungi masyarakat banyak. Bahkan tidak ada kader yang tinggal di situ.

Teluk Wondama merupakan kabupaten terjauh dari ibukota provinsi Papua Barat, Manokwari. Akses transportasi biasanya melalui laut dengan waktu tempuh paling cepat delapan jam dan paling lama bisa mencapai 12-14 jam. Karena perjalanan sangat tergantung angin dan tinggi ombak.

Yang mengagumkan, kabupaten Teluk Wondama merupakan satu-satunya kabupaten yang memiliki DUA Anggota Legislatif (Aleg) dari PKS dibandingkan kabupaten/kota lain. Padahal kabupaten ini bukan basis kader. Lain halnya dengan Manokwari, Sorong dan Fakfak yang dominan jumlah kadernya. Di Teluk Wondama jumlah kader terbina tidak lebih dari jumlah jari tangan kanan kita.

Dua aleg ini juga bukan kader, namun simpatisan yang sejak lama mendukung perjuangan PKS. Salah satunya adalah Bapak La Ode Amirrudin. Saya sempat berbincang dengan beliau di tahun 2014 lalu saat baru terpilih menjadi Aleg. Apa kunci keberhasilan dia mendapat suara terbanyak di Dapilnya. Kuncinya satu, bahwa ia bersungguh-sungguh mendekati hati para konstituen. Dapil yang sangat terpencil tidak menghalangi ia mendatangi rumah-rumah penduduk meski dengan perahu. Ia mengaku mengeluarkan uang yang tidak sedikit membeli bahan bakar solar dari kantong sendiri.

Pak La Ode berkisah bahwa ia telah kenal PKS sejak lama. Saat banjir bandang tahun 2010 keluarganya beserta masyarakat yang menjadi korban dibantu oleh pada kader PKS. Ini yang mebuat ia terkesan. Sejak peristiwa itu ia bertekad untuk bergabung bersama PKS dan berjuang di ranah politik.  Ah, bisa jadi akibat pengaruhnya yang positif membuat masyarakat setempat memasang bendera PKS di perahu mereka. Wallahu’alam.

Tapi mendengar kisah perjuangannya seperti itu membuatku malu. Bahwa tugas-tugas dakwah ternyata sudah dilakukan oleh orang-orang yang justru belum terbina sebagai kader. Sementara kita saja kadang masih malu-malu dan membatasi diri memberikan kontribusi terbaik.

Insha Allah orang-orang seperti beliau lah yang kelak membuat bendera-bendera PKS akan semakin banyak berkibar di Teluk Cenderawasih, Papua Barat.

Aamiin.

(Humas PKS Papua Barat)     






Previous Post Next Post