Jika diumpamakan kita
adalah anak kecil yang sedang terjatuh ke dalam sumur, lalu peristiwa ini
disiarkan secara live oleh berbagai media dan ditonton oleh
seluruh manusia, jangan memikirkan apa yang ada dalam benak orang yang menonton
kita. Berpikirlah untuk berusaha naik. Look inside, jangan
merasa malu, jangan merasa bersalah, jangan merasa tidak
berdaya, karena musuh terbesar kita adalah perasaan tidak berdaya.
Itulah mengapa Nabi mengajarkan kepada kita doa : allahumma
inni a 'udzubika minal hammi wal hazn, wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasl...
Jika kita terus berusaha untuk keluar sumur, maka yakinlah orang-orang yang semula
menonton itu tidak akan lagi berfikir mengapa antum berada di dalam
sumur, tetapi meraka akan bergabung bersama antum untuk mengeluarkan
antum dari sana. Kita harus tunjukkan pada dunia bahwa kita adalah partai
yang cepat belajar, bisa segera sadar jika ada kesalahan, juga pintar dalam recovery.
Pada peristiwa perang
Uhud terdapat 70 sahabat syahid, bukan karena kehebatan musuh,
tetapi karena keteledoran pasukan pemanah. Tetapi Rosul
tidak menegur mereka saat mereka melakukan kesalahan. Tiga hari
setelah itu Nabi kirim pasukan ke kabilah-kabilah di sekitar Madinah
yang sudah menunjukan gejala melepaskan diri dari Madinah
karena berfikir Madinah sudah lemah, sudah habis. Tapi
Nabi tidak mau memberi ruang dan waktu bagi mereka untuk berfikir
melepaskan diri.
Satu-satunya cara untuk menghilangkan musibah dalam pikiran kita
adalah dengan melupakannya. Kita tidak punya waktu untuk dikasihani. Jangan
sampai energi kita habis hanya untuk menyesali diri. Salurkan energi
kita untuk perbaharui diri. Sekaranglah waktunya kita utk
naik....
(pksbanguntapan.com)