Indahnya Kemenangan, Pahitnya Kekalahan


Kita menyebutnya sebagai Kebangkitan di Tengah Badai. Subhanallah, betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Betapa besar limpahan kasih sayang Allah kepada jama'ah kita. Di tengah kesedihan yang tak henti mendera, Ia berikan pertolonganNya. Dua kali Pilgub di wilayah yang amat strategis, diberikan kemenangan kepada kader kita. Allahu akbar !!!

Setelah Pilgub Jawa Barat dan Sumatera Utara berhasil kita menangkan atas iZin Allah, maka semua cerita menjadi indah. Semua layak diceritakan, semua layak diapresiasi. Apapun yang kita lakukan, seolah berkorelasi dengan kemenangan.

Misalnya, program di Jawa Barat menjelang Pilgub, dilakukan dua kali konsolidasi kader. Kemudian dinamika semua kader dalam melakukan kampanye ke masyarakat, peran aleg, peran kepala daerah di kabupaten / kota, peran umahat, peran struktur sampai ke tingkat ranting, peran usar, peran media, peran jaringan, peran relawan, peran kepanduan, peran pengamanan, peran kaderisasi, peran Dewan Syari'ah, peran Wilda, peran artis, peran direct selling dan lain sebagainya, semua menjadi indah diceritakan. Semua adalah "sebab" kemenangan.

Semua orang, kader maupun bukan kader, bisa menceritakan kontribusinya dalam memenangkan Pilgub Jawa Barat dan Sumatera Utara.

"Saya meng-closing tetangga saya di malam terakhir menjelang pemilihan".

"Saya gerakkan relawan di sekitar kampung saya di hari pemilihan".

"Saya kunjungi semua keluarga besar saya untuk memilih calon kita".

"Saya telah menelpon dan mengirim sms kepada semua kerabat dan kenalan di Jabar dan Sumut".

"Saya ketemu tokoh-tokoh masyarakat dan saya sosialiasikan calon kita kepada mereka".

"Saya ketemu para pengusaha dan saya minta mereka mendukung calon kita".

Sungguh, kemenangan itu indah. Semua bisa diceritakan dengan renyah. Apapun yang kita lakukan bisa menjadi bagian dari sejarah. Seakan semua menjadi penentu arah. Subhanallah, semua bercerita dengan begitu gagah. 

Tapi bagaimana dengan kisah-kisah kalah? Mengapa tiba-tiba kita terdiam pasrah. 

"Ini bukan karena saya, tapi mereka yang membuat kita lemah.  Saya sudah bekerja siang malam tanpa mengenal lelah. Sayang tidak diimbangi dengan kinerja para kader dakwah. Mereka tidak menunjukkan dinamika yang bergairah".

Cerita kekalahan adalah sebuah ketidakberdayaan. Semua enggan mengakui kelemahan. Bahkan cenderung saling melempar tuduhan. Sampaipun hutang yang belum terbayarkan.

Betapa gagah ikhwah Jawa Barat dan Sumatera Utara setelah mendapat kemenangan. Subhanallah. Kemenangan selalu menjadi cerita yang menawan dan mengesankan. Siapapun bisa menceritakan peran dan keterlibatan.

Begitukah indahnya kemenangan? Begitukah sepinya kekalahan?

Masyaallah. Hanya seperti itukah harapan kita?

Mari kita renungkan. Hendaknya kita terus bekerja, agar layak menjadi pemenang. Hendaknya kita terus berdoa, agar terhindarkan dari karakter pecundang. Karena sesungguhnya, kemenangan ada pada prosesnya, tidak semata pada hasil akhirnya.

Orang bisa membeli kemenangan di MK. Orang bisa belanja kemenangan di KPU. Orang bisa belanja kemenangan melalui saksi. Orang bisa membeli kemenangan dengan segenap kecurangan. Itu hanyalah untuk mencuri hasil akhir.

Namun kemenangan lebih ditentukan oleh gairah perjuangan. Kemenangan lebih ditentukan oleh kesungguhan dalam menjalankan program. Kemenangan lebih dilihat dari kejujuran terhadap diri sendiri sebagai pejuang. Kemenangan adalah rangkaian kelelahan di sepanjang jalan perjuangan.

Betapa indah kemenangan. Karena kita telah menunjukkan kerja dan kinerja yang prima. Karena kita telah membuktikan kesetiaan dalam segala dinamika perjalanan menggapai tujuan. Karena kita telah rela mengkontribusikan semua yang kita punya. Harta, tenaga, waktu, pikiran, fasilitas, dan perasaan bahkan jiwa kita. Semua telah tercurah, tanpa sisa. Itulah kemenangan, subhanallah, betapa indah kita rasakan.

Marilah menjadi pemenang, jangan sekali-kali menjadi pecundang.

Sabtu, 9/3/2013
Ditulis di jalan tol yang macet. Jangan terlalu obsesif dengan hasil, jangan terlalu takut dengan gagal. Tunjukkan saja gairah dan kesungguhan untuk bekerja di jalan dakwah. Itulah jalan kemenangan.

"Satemene Ingsun ora bakal nglirwakake marang wong kang makili pakaryaningsun".

(ustadz cahyadi takariawan, pksbanguntapan.com)

Previous Post Next Post