Pernah ada yang mempertanyakan,
kenapa sih tagline yang diangkat oleh PKS adalah cinta, kerja, dan harmoni?
Barangkali kata-kata itu terlalu lembut bagi beberapa orang dengan semangat
yang berkobar-kobar di dadanya atau entah apa yang melandasi pertanyaan itu.
Tapi sebagai muslim yang ingin meneladani Rasulullah Muhammad, baiknya coba
kita kembali membuka lembaran perjalanan dakwah beliau sambil menikmati keseharian di negeri kita tercinta.
Sedangkan harmoni? Sekali lagi
mari kita tengok kisah sang Nabi yang mulia. Sesaat setelah tiba di Madinah,
beliau menyepakati sebuah perjanjian dengan seluruh rakyat Madinah. Sebuah
perjanjian yang boleh jadi telah menginspirasi para ulama yang turut terlibat
dalam pembentukan Indonesia tercinta. Entah itu muslim, yahudi, dan kaum
musyrik yang ada di Madinah, Rasulullah mengikat janji dengan semua tanpa
diskriminasi terhadap siapapun. Dengannya diharapkan akan ada harmoni yang
membuahkan ketenteraman dan kesejahteraan. Sejak kemerdekaannya, bangsa
Indonesia seringkali mengalami konflik internal karena perbedaan diantara anak
bangsa. Maka jika kita semua menginginkan Indonesia yang diberkahi, baldatun
thoyyibatun wa robbun ghofur, maka harmoni adalah salah satu kuncinya. Harmoni
bukan berarti melebur atau meniadakan sama sekali perbedaan yang ada tapi lebih
kepada menghargai, menghormati sesama dan memaksimalkan potensi yang ada karena
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berbuat ihsan (yang terbaik) kepada
siapapun dan apapun.
Muhammad, begitu namanya, adalah
manusia yang paling mulia di muka bumi sejak diciptakannya Adam hingga manusia
terakhir nanti disapa oleh malaikat maut. Ia menapaki jejak para anbiya yang
telah mendahuluinya dengan segala perniknya. Berbagai cemooh dan ejekan dari
mereka yang ingkar menghiasi langkahnya. Fitnah dan tuduhan keji dari kaumnya
sendiri menghunjam hatinya. Ia yang begitu agung akhlaknya dituduh sebagai
tukang sihir yang memisahkan sanak dengan keluarga sebagaimana dulu Yusuf yang
tampan dan bijaksana dituduh sebagai pelaku pelecehan seksual, tidak
tanggung-tanggung korbannya, ibu angkatnya sekaligus istri pejabat tinggi
negeri Mesir. Betapa miripnya dengan tuduhan korupsi yang menerpa seorang
ustadz pemimpin partai kita semua. Lontaran batu-batu Thaif pun pernah melukai
baginda Nabi hingga malaikat Jibril tergopoh menyapa. Namun bagaimana reaksi
beliau sungguh menjadi teladan bagi kita semua. Dengan cintanya beliau justru
mendoakan mereka yang telah menghinanya. Itulah sunnahnya dakwah, mengemban
risalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di sini kita menemukan kenapa PKS harus
menebarkan cinta di bumi nusantara. Karena kita mencontoh Rasulullah. Cintalah
yang membuat Rasulullah mencegah malaikat menimpakan gunung kepada penduduk
Thaif. Cintalah yang membuat beliau rela menanggung derita bertahun-tahun
hingga akhirnya seluruh penduduk Mekah menerima kehadiran beliau kembali untuk
membersihkan Ka’bah dari berhala. Maka karena cinta pada Allah, kemudian pada
manusialah, seluruh kader PKS harus terus bergerak memperbaiki negerinya.
Lalu ada apa dengan kerja? Apakah
mungkin kesuksesan didapat tanpa kerja? Sejak kecil Nabi Muhammad bersusah
payah menggembala kambing lalu berdagang ke negeri Syam. Ia tak lelah bersimpuh
untuk mendekatkan diri pada Rabb-Nya dan juga berkeliling menyeru manusia untuk
mengikuti wahyu Allah Ta’ala. Ia harus berlelah-lelah membelah batu di medan
Khandaq, menempuh perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, melintasi padang
pasir untuk menyongsong kekuatan zhalim Byzantium di Tabuk. Jika kita tengok
kampung halaman kita, sebanyak apapun kekayaan alam yang tertidur di balik
zamrud Khatulistiwa tak akan bermakna apa-apa tanpa kerja. Menyanyikan pujian
akan tanah kita yang subur tak akan membuat sertamerta padi dan palawija
menjadi ranum untuk dipanen.

Dalam hari-hari yang kurang dari
sebulan jelang Pemilu, marilah kita kobarkan semangat dan maksimalkan kerja
untuk terus memperbaiki Indonesia. Baru saja PKS telah “memutihkan” GBK, maka
terus jaga hati-hati kita agar putih bersih. Agar kita tetap tsabat, teguh
dalam memperjuangkan Islam yang rahmatan lil alamin, tetap bersemangat
menghadapi Pemilu 9 April.
Apapun Yang Terjadi Kami Tetap
Melayani, Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Maju, semoga Allah Ta’ala senantiasa
mengampuni kesalahan, membimbing dan merahmati kita semua.