Apakah sebenarnya awan itu?
Allah Ta'ala menjadikan suhu yang dingin di udara semakin dingin sampai pada ketinggian 8 mil saja. Ini membuat air tidak dapat melebihi ketinggian tersebut.
Mengapa semakin ke atas suhu semakin dingin?
Seharusnya semakin kita naik ke atas kita akan semakin merasakan panas karena jarak dengan matahari relatif semakin dekat. Namun di bawah ketinggian 8 mil keadaan justru sebaliknya. Ini dimaksudkan agar uap air tidak terus naik ke atas sehingga tidak kering atau hilang.
Bagaimana pengumpulan uap air dapat terjadi?
Uap air itu amat ringan dan tak dapat dilihat,
karenanya ia naik ke atas. Lalu Allah SWT mengirim angin yang membawa zat-zat
tertentu yang berfungsi mengumpulkan uap-uap air itu di sekelilingnya sehingga
terbentuk gumpalan besar uap air yang kita lihat sebagai awan. Awan yang berat
dengan uap air itu membantunya untuk tidak terus naik ke atas.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ
يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ
لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ
الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴿٥٧
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa
berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu
telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami
turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu
pelbagai macam buah-buahan. seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang
telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS.
Al-A’raf: 57).
Renungkanlah bagaimana ukuran kecepatan angin yang
amat sesuai dengan berat dan kepekatan awan sehingga tidak membawa dampak
kehancuran. Allah Ta'ala telah memberikan beberapa pelajaran kepada kita dengan
angin yang menghancurkan yang kecepatannya 75 mil per jam. Dan bila
kecepatannya mencapai 200 mil per jam maka angin itu tidak akan menyisakan
apapun. Dan agar Anda ketahui betapa besar pengaruh rahmat Allah Ta'ala kepada
kita ingatlah bahwa angin dengan kecepatan tinggi itu ada pada ketinggian
5 mil saja di atas kepala kita di mana arus angin dengan kecepatan 200 mil per
jam tersebut berada 5 mil di atas permukaan laut. Jika angin dengan kecepatan
200 mil per jam ini turun beberapa mil saja pasti semua struktur kehidupan akan
rusak setelah ia merusak sistem pengaturan hujan. Perlu diketahui bahwa daerah
di atas angin penghancur ini adalah daerah yang tak berangin. Jika urutan ini
terbalik maka rusaklah semua sistem yang telah ada. Anda lihat bagaimana
perencanaan dan program yang amat sempurna di atas permukaan bumi ini.
Keempat, adalah sunnatullah turunnya hujan berupa
butiran-butiran air yang kecil bukan air bah yang dapat menghancurkan segala
sesuatu.
Kelima, sunnatullah mengalirnya sungai-sungai yang
berpencar di permukaan bumi seperti pembuluh darah bagi tubuh manusia.
Keenam, sunnatullah menyerapnya sebagian besar air ke
dalam bumi agar air tidak tercemar dan agar tanah laik untuk ditelusuri tanpa
gangguan air.
Ketujuh, sunnatullah tersimpannya air di dalam bumi
dengan jarak yang tidak jauh sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa
mata air atau sumur. Air ini tertahan oleh bebatuan yang seperti bejana
penampung air sehingga tidak menembus ke kedalaman bumi yang tak terjangkau
manusia.
Firman Allah Ta'ala:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا
فَمَن يَأْتِيكُم بِمَاءٍ مَّعِينٍ﴿٣٠
“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air
kamu menjadi kering; Maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir
bagimu?”” (QS. Al-Mulk: 30).
Jadi,
· Di bumi ini ada program
sempurna yang bekerja di bawah perintah Penciptanya dengan amat rapi dan
teratur.
· Ada juga di sana Sunnatullah
yang tetap, berkadar, dan sangat rapi yang bekerja membentuk air hujan,
mengangkat air dari laut ke ketinggian di atas gunung setelah dihilangkan unsur
garamnya, kemudian air itu dikirim untuk semua makhluk yang membutuhkannya di
tengah-tengah daratan luas dengan menurunkannya dalam bentuk tetesan lembut
yang bermanfaat dan tidak membahayakan. Lalu ia menjadi sungai-sungai yang
penuh manfaat atau diserap ke dalam bumi agar tidak menganggu kehidupan dan
agar terjaga dari polusi serta menjadi cadangan air yang ditampung dengan jarak
tidak jauh dari permukaan bumi oleh wadah dari bebatuan.
مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
Yang Mengabulkan Doa
Tanyakan orang-orang bijak tentang rahmat Tuhan-mu
Yang Maha Mengabulkan doa, tanyakan tentang pengabulan-Nya akan permohonan dan
rintihan orang-orang yang terjepit dan terhimpit.
Tanyakan betapa banyak tanah tandus saat hujan tak
jua turun, lalu kaum muslimin keluar seperti yang diajarkan Rasulullah untuk menyeru Tuhan mereka sepenuh harapan. Ketika suatu kaum jujur dan tulus
dalam doanya Allah Ta'ala menjawab doa mereka dan menurunkan hujan yang penuh
rahmat. Hal ini disaksikan dan dialami oleh jutaan kaum muslimin di segala
penjuru bumi.
Itulah bukti nyata yang dengannya kita mengetahui
bahwa Pencipta hujan adalah Zat yang Mengabulkan doa. Firman Allah Ta'ala:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا
بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ﴿١٨٦
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186).
Untuk Direnungkan:
Siapakah Pemilik program sempurna dan bijaksana dalam
pengaturan bumi?
Siapakah yang telah menetapkan hukum-hukum dan
ketetapan-ketetapan yang amat
teratur, detail, dan sempurna?
Siapakah yang telah mendengar doa para pemohon dan
menjawabnya? Menciptakan awan dan menurunkan hujan?
Berhala tidak mampu berbuat sesuatu dan memikirkan
apapun.
Alam yang buta, tuli dan bisu tidak memiliki kehendak
dan pengaturan.
Ataukah ketiadaan yang menciptakan, memprogram,
mengadakan, membentuk, menentukan ukuran, menyempurnakan, mendengar, dan
menjawab? Padahal ketiadaan - sesuai namanya – tidak memiliki wujud, lalu
bagaimana mungkin keberadaan muncul dari suatu yang tidak ada?!
Ataukah justru fenomena alam ini semua sedang
berbicara kepada akal manusia bahwa ia memiliki Rabb yang Maha Bijaksana, Maha
Kuasa, Maha Detail Pengetahuan-Nya, Maha Mendengar, Maha Menjawab, Maha Pemberi
rizki, Maha Menentukan waktu, Maha Penolong bagi hamba-Nya? Hukum-hukum dan
ketetapan-ketetapan yang sempurna dan menentukan segalanya yang mengatur
pembentukan hujan sedang berbicara kepada akal manusia tentang kekuasaan
Tuhannya, sebagian sifat-sifat Penciptanya, keberadaan-Nya. Kalau bukan karena-Nya
tidak ada satu pun aturan, kesempurnaan, dan perencanaan yang dapat kita
saksikan sama sekali.
Bagaimana ia bak air yang terbang di udara
Allah mengirimnya untuk kita sebagai bukti rahmat-Nya
Hujan yang dibawanya, sudahkah engkau mensyukuri-Nya?
Ia tundukkan mentari yang menyinari lautan
Uap airnya naik melewati pegunungan
menuju langit dengan tepat ketinggian
Begitulah agar luput dari jangkauan
Kesimpulan:
Allah Ta'ala adalah Pencipta bumi
dan semua pengaturan yang ada padanya.
Allah Ta'ala Dialah yang menundukkan
matahari dan sinarnya yang panas untuk
Allah Ta'ala Dialah yang mengirim angin, menciptakan awan dan
menurunkan hujan.
Allah Ta'ala Dialah yang menciptakan manusia, hewan, dan tumbuhan
kemudian menjamin makanan dan minuman mereka dengan menyediakan sepenuhnya
sarana-sarana untuk memperolehnya.
Allah Ta'ala Dialah yang Maha Mendengar, Menjawab doa, Menyingkap
kesusahan, dan Menyelamatkan hamba-Nya yang terhimpit.
Berhala-berhala yang lemah dan alam yang bodoh, tuli dan bisu
tidak akan mampu membuat, merencanakan, mendengar dan menjawab.
(hdn)
Awan adalah air yang mengambang di udara. Jika dalam jumlah yang
banyak maka akan terbentuk hujan lebat yang turun ke bumi menghasilkan air
sumur, sungai, telaga, dan mata air yang dapat kita minum, kita gunakan untuk
menyiram tanaman, dan diminum pula oleh hewan ternak kita.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya...” (QS. Az-Zumar: 21).
Bagaimana awan terbentuk?
Allah Ta'ala mengirimkan panas matahari untuk menguapkan air di
permukaan laut. Uap air laut yang telah menjadi tawar naik ke atas namun hanya
sampai ke ketinggian tertentu agar ia dapat menjadi rahmat bagi hamba-hamba
Allah Ta'ala Demikianlah Allah Ta'ala menetapkan sunnah-Nya di alam semesta, Ia
tetapkan air laut yang asin berubah menjadi hujan yang tawar dan amat
dibutuhkan oleh manusia.
Bagaimana Sunnatullah dalam pembentukan awan ini?
Pertama, Allah Ta'ala menjadikan panas matahari serta angin sebagai
penyebab naiknya uap air laut ke ketinggian yang melebihi ketinggian gunung
agar kumpulan uap air itu tidak terhalang oleh gunung ketika ia bergerak dari
atas laut menuju tengah-tengah daratan. Allah Ta'ala menguapkan air laut tanpa
disertai unsur garamnya agar dapat diminum oleh manusia, hewan dan tumbuhan.
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ﴿٦٨﴾أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ﴿٦٩﴾لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ﴿٧٠
“Maka Terangkanlah kepadaKu tentang air yang kamu minum. Kamukah
yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki,
niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS.
Al-Waqi’ah: 68-70).
Kedua, Allah Ta'ala Dialah yang telah menjadikan angin dan panas
matahari sebagai sebab terangkatnya uap air dari laut melebihi tinggi rata-rata
gunung seperti firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus.…” (QS. Al-A’raf: 57).
Makna أَقَلَّتْ pada ayat di atas adalah membawa dan mengangkat.
وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ ۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ﴿١٨“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS. Al-Mu’minun: 18).
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ ۖ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ﴿٤٨
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu
menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS.
Ar-Rum: 48).
Di samping kedua sunnatullah yang telah disebutkan (sunnah Allah Ta'ala berupa naiknya uap air laut di atas ketinggian gunung dan sunnah Allah Ta'ala berupa tertahannya gumpalan awan yang berisi uap air pada ketinggian 8 mil),
juga terdapat nikmat lain bagi manusia (sunnatullah yang ketiga) berupa
bergeraknya awan yang telah berisi air itu menuju ke atas daratan yang dihuni
manusia, hewan dan tumbuhan.
Pandanglah dan perhatikan awan wahai Saudaraku,
mengangkat uap air laut melewati ketinggian gunung.
Allah Ta'ala Dialah
yang mengalirkan sungai-sungai, memancarkan mata air, menampung air dalam tanah
dengan wadah bebatuan dan tidak membuatnya hilang di kedalaman bumi .