Mengapa Tetap Kesepian setelah Menikah?

oleh Cahyadi Takariawan

Ustad Cahyadi bersama istri saat mengisi Seminar "Wonderful Family" 
di Manokwari 14 Nov 2014 


Salah satu harapan dalam pernikahan adalah mendapatkan belahan jiwa (soulmate) yang akan menjadi tempat berbagi dalam suka dan duka. Suami dan istri bisa saling bercanda, bercerita, mengobrol leluasa, menyampaikan apa saja kepada pasangannya. Dengan itu berbagai beban akan bisa terasa lebih ringan karena ada teman untuk menghadapi bersama.
Namun harapan seperti itu tidak jarang hanya tinggal harapan belaka. Setelah menikah, suami atau istri tidak mendapatkan tempat untuk mencurahkan beban perasaan. Tidak ada bedanya antara sebelum dan dan setelah menikah, mereka tetap merasa kesepian. Keberadaan pasangan tidak membuat seseorang bisa teringankan bebas perasaannya. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?
Berikut beberapa sebab munculnya perasaan kesepian setelah menikah.
·      Kurang komunikasi suami istri
Suami dan istri harusnya selalu mengobrol dan berkomunikasi sepanjang hari. Mereka berdua harus memiliki kelapangan hati yang menjadi landasan bagi terbangunnya keindahan komunikasi. Selebihnya, mereka juga harus memiliki ketrampilan berkomunikasi agar selalu tersambung tanpa henti, dengan berbagai cara dan sarana yang bisa mereka dapatkan.
Kurangnya komunikasi akan mudah menyebabkan munculnya perasaan kesepian. Khususnya pada istri yang memang memiliki kebutuhan mengobrol lebih banyak dibanding suami. Ketika suami tidak menyempatkan waktu untuk mengobrol dengan istri, maka istri akan merasa sepi sendiri. Walau di rumah ada suami, ia akan tetap merasa kesepian jika tidak ada komunikasi yang mencukupi.
·         Membiarkan didera kesibukan
Suami dan istri yang sangat sibuk dan padat kegiatan, membuat mereka jarang memiliki waktu untuk bercengkerama berdua. Suami sibuk bekerja, istri sibuk bekerja, ditambah kegiatan di organisasi maupun komunitas dan lingkungan sekitar, membuat mereka jarang bertemu dan berkegiatan bersama. Masing-masing asyik dengan dunia dan kesibukannya sendiri-sendiri.
Suami dan istri harus pandai membagi waktu dan perhatian. Tidak boleh menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk saling berjauhan dan saling mengabaikan. Suami selalu memerlukan kehadiran istri, sebagaimana istri selalu memerlukan kehadiran suami. Jika suasana didera kesibukan ini dibiarkan berlama-lama, akan memunculkan perasaan kesepian.
·         Kurang menjaga aktivitas fisik
Sentuhan fisik antara suami dan istri memberikan perasaan nyaman dan berkesan sangat dalam. Pelukan, elusan, belaian, ciuman dan lain sebagainya, menguatkan perasaan kebersamaan di antara mereka. Kendati tidak banyak berbicara, namun jika mereka berdua selalu menyempatkan diri untuk melakukan aktivitas fisik yang lembut dan mesra, maka akan membuat suasana yang damai dan nyaman pada jiwa dan perasaan.
Perasaan kesepian akan mendera apabila tidak ada komunikasi yang memadai, jarang bertemu, ditambah tidak ada aktivitas fisik antara suami dan istri. Selagi memiliki kesempatan, perbanyaklah tindakan fisik yang menegaskan dan meneguhkan kebersamaan antara suami dan istri. Pelukan anda kepada pasangan, belaian yang lembut dan mesra, gandengan tangan yang menyenangkan, itu semua menjadi bagian yang sangat menyenangkan bagi kedua belah pihak.
·         Lebih mementingkan gadget
Suami dan istri yang sibuk, jarang bertemu, harus meluangkan waktu pertemuan secara optimal. Ketika tengah berdua, baik di rumah maupun di luar rumah, jangan menyibukkan diri dengan aktivitas bersama gadget. Tidak jarang dijumpai, suami dan istri duduk berdua berdekatan di ruang keluarga atau di rumah makan, namun mereka tidak saling mengobrol satu dengan yang lainnya.
Mereka ternyata sibuk dengan gadget masing-masing. Suami membuka grup WhatsApp, istri membuka grup Line, keduanya terlibat komunikasi intensif dengan teman-teman yang jauh. Mereka bercanda melalui teknologi komunikasi, bisa tertawa terbahak-bahak melihat kiriman gambar lucu atau cerita lucu di grup, namun sayang, mereka justru tidak berbicara dengan pasangan yang tengah duduk di sampingnya.
·         Terpisah oleh jarak
Suami dan istri yang terpisah jarak, mudah dihinggapi kesepian. Karena ada tugas dalam waktu cukup lama, atau karena memang tempat bekerja yang jauh dari keluarga, membuat suami dan istri terpaksa berpisah tempat tinggal. Suasana seperti ini tentu saja tidak ideal, karena semestinyalah suami dan istri harus tinggal satu rumah, satu kamar, dan satu tempat tidur.
Mereka harus mengusahakan untuk selalu tersambung dengan berbagai cara, agar terhindar dari rasa kesepian. Harus ada jadwal bertemu yang rutin, harus ada komunikasi walau hanya melalui teknologi, dan selalu menyambung melalui doa-doa dari kejauhan. Jangan membiarkan jarak memisahkan hati dan perasaan anda terhadap pasangan.
·         Merasa telah mengkompensasi
Sebagian suami merasa sudah mengkompensasi ketidakhadirannya dengan materi. Ia merasa sudah memberi banyak uang agar istrinya bisa bersenang-senang. Di rumah disediakan televisi, home teater, internet, gadget aneka jenis, bebagai majalah, koran, buku, motor, mobil dan berbagai sarana lainnya, agar sang istri bisa berkegiatan yang menyenangkan. Namun itu semua hanya menghilangkan kesepian sementara.
Ingat, uang dan aneka fasilitas tidak bisa menggantikan kehadiran anda. Tanpa kehadiran anda, istri tetap kesepian walau berlimpah harta. Kehadiran anda tidak bisa dikompensasikan oleh apapun dan oleh siapapun. Pelukan anda kepada pasangan menjadi sesuatu yang sangat berarti, tidak bisa dikompensasikan dengan apapun juga.
Demikianlah beberapa hal yang menyebabkan munculnya perasaan kesepian setelah menikah. Semoga kita semua terjauhkan dari hal-hal tersebut di dalam kehidupan.
Previous Post Next Post