Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup
seorang manusia pilihan yang menjadi parameter hakiki dalam membangun potensi
umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk
menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk
diulang di kehidupan masa kini.
Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap
muslim akan mendapatkan gambaran yang utuh dan paripurna tentang hakikat Islam
dan terbangun semangatnya untuk merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam
kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama dari kajian sirah adalah
mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan yang pernah
dimiliki umat Islam. Secara umum kepentingan kita mengkaji sirah nabawiyah,
adalah:
1.
Memahami pribadi Rasulullah saw.
sebagai utusan Allah (fahmu syakhshiyah ar-rasul)
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw.
sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru
mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad
saw. sebagai pribadi manusia biasa.
“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi
saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru
kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Sesungguhnya bagi
mereka karunia yang besar dari Allah.” (Al-Ahzab:
45-47).
2.
Mengetahui contoh teladan terbaik
dalam menjalani kehidupan ini (ma’rifatush shurati lil mutsulil a’la)
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan
atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian
sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona
dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
3.
Dapat memahami turunnya ayat-ayat
Allah swt. (al-fahmu ‘an-nuzuli aayatillah). Mengkaji sirah dapat membantu kita untuk memahami
kronologis ayat-ayat yang diturunkan Allah swt. Karena, banyak ayat baru dapat
kita mengerti maksudnya setelah mengetahui peristiwa-peristiwa yang pernah
dialami Rasulullah saw. atau sikap Rasulullah atas sebuah kejadian. Melalui kajian
sirah nabawiyah itu kita dapat menyelami maksud dan suasana saat diturunkan
suatu ayat.
4.
Memahami metodologi dakwah dan
tarbiyah (fahmu uslubid da’wah wat-tarbiyah). Kajian sirah juga dapat memperkaya pemahaman dan
pengetahuan tentang metodologi pembinaan dan dakwah yang sangat berguna bagi
para dai. Rasulullah saw. dalam hidupnya telah berhasil mengarahkan manusia
memperoleh kejayaan dengan metode yang beragam yang dapat dipakai dalam rumusan
dakwah dan tarbiyah.
5.
Mengetahui peradaban umat Islam
masa lalu (ma’rifatul hadharatil islamiyatil madliyah). Sirah nabawiyah juga dapat menambah khazanah tsaqafah
Islamiyah tentang peradaban masa lalu kaum muslimin dalam berbagai aspek.
Sebagai gambaran konkret dari sejumlah prinsip dasar Islam yang pernah dialami
generasi masa lalu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Ali Imran: 110).
6.
Menambah keimanan dan komitmen
pada ajaran Islam (tazwidul iman wal intima’i lil islam). Sebagai salah satu ilmu Islam, diharapkan kajian sirah
ini dapat menambah kualitas iman. Dengan mempelajari secara intens perjalanan
hidup Rasulullah, diharapkan keyakinan dan komitmen akan nilai-nilai islam
orang-orang yang mempelajarinya semakin kuat. Bahkan, mereka mau mengikuti
jejak dakwah Rasulullah saw.
7.
Yang paling penting dalam
memahami sirah nabawiyah adalah upaya untuk merebut kembali model kepemimpinan
umat yang hilang. Kepemimpinan yang dapat memberdayakan umat dan untuk kemajuan
mereka. Nabi Musa a.s. membangkitkan kaumnya atas kelesuan berbuat bagi
kemajuan bangsa dan negerinya. Sehingga beliau mengingatkan kaumnya atas
anugerah nikmat yang diberikan Allah swt. pada mereka tentang tiga model
kepemimpinan umat yang pernah ada pada sejarah mereka.
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya:
“Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya
kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain.” (Al-Maa-idah: 20).
Jadi, nilai utama yang hendak dibangun kembali dengan
kajian sirah nabawiyah adalah semangat berbuat untuk kemajuan bangsa dan umat
meraih harga dirinya di hadapan umat-umat yang lain. Lebih dari itu, juga untuk
mengembalikan hak kepemimpinan kepada umat Islam, umat nabi pilihan.
Wallahu ‘alam bishshawaab.
Dengan mengkaji sirah kita dapat memahami celah kehidupan Rasulullah saw. sebagai individu maupun sebagai utusan Allah swt. Sehingga, kita tidak keliru mengenal pribadinya sebagaimana kaum orientalis memandang pribadi Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi manusia biasa.
Contoh teladan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup ini sebagai patokan atau model ideal. Model hidup tersebut akan mudah kita dapati dalam kajian sirah nabawiyah yang menguraikan kepribadian Rasulullah saw. yang penuh pesona dalam semua sisi.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Ali Imran: 110).