Antara Surat Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas


Surat-surat dalam Juz Amma, sebagaimana halnya surat-surat Makiyah, umumnya banyak berbicara tentang masalah keimanan. Akan tetapi, nilai tauhid dan keimanan yang terkandung dalam surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas, memiliki penekanan dan kekhasan tersendiri. Bahasanya sangat lugas, tegas dan tandas. Langsung menyatakan sasaran dengan jelas serta menghindari kemungkinan perbedaan penafsiran. Beginilah seharusnya ketika berbicara tentang keimanan; mendatangkan kejelasan bukan kesimpangsiuran, memberikan keteguhan bukan kebimbangan, mengundang keyakinan bukan keraguan. 
Kenyataannya, keduanya memang kerap disandingkan, khususnya dalam bacaan shalat; Seperti shalat Maghrib, shalat sunah Fajar dan shalat Witir.
Jika diperhatikan dengan seksama, kedua surat ini memang memiliki keterkaitan yang saling menyempurnakan. 
Surat Al-Kafirun, memberikan penekanan pada sikap bara' (berlepas diri) dari keyakinan dan ibadah kepada selain Allah untuk beribadah kepada Allah semata. Ini memang erat kaitannya dengan asbabun nuzul surat ini yang merespon tawaran orang-orang kafir kepada Rasulullah saw untuk melakukan 'barter' ibadah; Sekali waktu mereka beribadah bersama Rasulullah saw, namun di waktu lain, mereka minta Rasulullah ikut beribadah ala mereka. Maka Allah turunkan surat ini sebagai jawaban atas tawaran tersebut yang menyatakan bahwa terkait masalah tauhid, ajaran Islam menghendaki kemurnian, tidak menerima dicampur-aduk oleh keyakinan manapun.
Adapun surat Al-Ikhlas lebih menekankan aspek wala (loyalitas total) dengan membangun keyakinan tentang keesaan Allah Ta'ala dan keutamaan sifat-Nya serta keyakinan bahwa Dia tempat bergantung. Maksud sesungguhnya dari kata 'ikhlas' yang menjadi nama surat ini tak lain adalah pemurnian penghambaan hanya kepada Allah Ta'ala. 
Al-Wala dan Al-Bara' (loyalitas kepada nilai keimanan dan memutuskan hubungan kepada nilai kekufuran) yang merupakan gabungan dari pemahaman kedua surat tersebut senafas dengan makna Laa ilaaha illallah yang menjadi landasan aqidah setiap muslim. 
Maka ketika kedua surat ini sunah dibaca saat shalat sunah Fajar, shalat Maghrib dan shalat Witir, seakan memberi pesan bahwa keseharian hidup kita sejak bangun tidur hingga tidur lagi, sejak pagi dan sore, harus selalu menjaga kemurnian tauhid kepada Allah Ta'ala dan menyegarkannya dengan ibadah. 

Karena inilah misi kita yang sebenarnya, dan di sinilah nilai diri kita yang sesungguhnya.
Wallahu a'lam.


(Abdullah Haidir, Lc.)
Previous Post Next Post