Kita Ingat Dia (Tarbiyah) atau Melupakannya

Aktivitas tarbiyah seyogianya dijalankan sepekan sekali bagi orang-orang yang tinggal dengan akses jalan dan kendaraan yang sudah dimudahkan. Berbeda dengan wilayah-wilayah pedalaman atau yang transportasi dan akses jalan terbatas, maka bisa menjadi maklum (ruksoh) kalau mereka melaksanakan halaqah tarbiyah dua pekan sekali. Tetapi banyak juga dari mereka meski akses jalan dan kendaraan sulit, ia berusaha menjalankan aktivitas tarbiyah tetap sesuai manhaj yaitu satu pekan sekali. Subhanallah 
….
Sekarang coba kita tanya pada diri. Seberapa komitmenkah kita dengan aktivitas tersebut?

Kita ingat dia (tarbiyah) atau kita melupakannya.
Aktivitas yang sejatinya sudah disepakati seminggu sekali dengan jam, hari dan tempat yang telah menjadi kesepakatan bersama dengan mudah kita khianati dengan tanpa bukti dan dalil syar’i.

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Aktivitas yang sejatinya sudah disepakati seminggu sekali, sudah tak sabar kita untuk bertemu dengannya kembali, walau baru tiga hari lalu kita bertemu saudara-saudara kita dalam majelis halaqah tarbiyah ini.

Kita ingat dia atau melupakannya.
Kita tanpa merasa bersalah membiarkan sang murabbi menunggu hingga lamanya. Tak bisakah kita hadir tepat waktu atau konfirmasi jikalau kita telat atau tidak bisa hadir dalam agenda tarbawi.

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Berusaha tepat waktu dan mendahului sambil membuka buku bacaan atau mushaf al-Quran baik tilawah atau muraja’ah, sebagai siasat menunggu kehadiran murabbi dan saudara seperjuangan lainnya.

Kita ingat dia atau melupakannya.
Kita tanpa merasa bersalah, tak hadir dengan tanpa kabar beritanya. Mungkin kita berfikir, memang siapa dia sampai sampai-sampai kita harus mengabarinya. Toh tugas orang tua (tugas kuliah) lebih penting dari pada menghadiri majelisnya.

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Berusaha hadir dengan energi yang terbaik meski seharian kuliah, bisnis dan berorganisasi. Kita sudah merasa terikat dengan rukun halaqah dalam jamaah ini, menjadikan mereka sebagai keluarga kami dan berusaha membatu kondisi dari teman-teman kami. Kita bangun majelis ini dengan ikatan cinta karena ilahi.

Kita ingat dia atau melupakannya.
Kita tanpa bersalah tidak hadir dalam majelisnya dan malah asik dengan pekerjaan yang sejatinya bisa kita serahkan (delegasikan) pada orang lain atau bisa kita tunda sejenak aktivitas itu. Karena saya ketuanya lah, saya ini it dan sebagainya. Bahkan tak jarang kita membuat atau memilih aktivitas tandingan agar kita punya alasan untuk tidak hadir pada aktivitas pekanan tersebut.


Kita ingat dia atau kita melupakannya
Kita luangkan waktu untuk majelis ini, berusaha mengosongkan agenda pada malam yang sudah kita sepakati menjadi malam cinta di pekan ini. Berusaha menggeser rapat, syura dan bertemu dengan klien bisnis kami. Tugas kuliah pun berusaha diselesaikan sebelum dimulainya pertemuan cinta ini atau kita tunda dan lanjutkan setelah selesainya aktivitas lingkaran cinta ini. Karena kami rindu dengan majelis ini.

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Kita masih belum menjadwalkan dalam agenda kita, bahwa halaqah tarbiyah menjadi bagian dari daftar kegiatan kita. Yang ada kita hanya menunggu apakah ada pesan dari sang ustadz/ ketua kelompok untuk bisa hadir dalam majelis tersebut. Tak ada inisiatif untuk bertanya atau mengingatkan murabbi atau teman-teman satu kelompoknya. Jika tak ada pesan atau pengingat lainnya tak jarang kita berdalih lupa. Jangankan menanyakan informasi atau materi di majelis tersebut, menanyakan kapan pertemuan selanjutnya pun kita pun masih sungkan…

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Berusaha memastikan jadwal kembali, kapan pertemuan cinta dalam pekan ini. Meski baru saja 3 hari lalu dilalui dan berusaha mengingatkan murabbi dan teman seperjuangan jika tak ada pesan yang singgah sebagai notifikasi halaqah pekan ini. Kita bersemangat menghadirkan saudara kita dalam majelis halaqah ini, meski bonus sms sudah tidak ada lagi dan meski pulsa pun harus saatnya diisi.

Kita ingat dia atau kita melupakannya
Tarbiyah memang bukan segala-galanya tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah. Berawal dari kesadaran kita mengkaji ilmu qauniyah dan qauliyah dengan itu tsaqafah dan pemahaman kita insya Allah bertambah.

Ya Allah, sungguh Engkau tahu bahwa hati-hati ini telah berkumpul dalam kecintaan kepada-Mu, telah bertemu dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah-Mu, telah berjanji untuk membela syariat-Mu.
Maka eratkanlah Ya Allah, rabithahnya (ikatannya), abadikan kecintaannya, tunjukilah jalan-jalannya, isilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tak pernah padam, luaskanlah dada-dadanya dengan luapan iman kepada-Mu, keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkan dengan ma’rifat-Mu, matikanlah dalam syahadat di jalan-Mu.
Sungguh Engkau sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun karena mengasihi-Mu, bertemu untuk mematuhi (perintah)-Mu, bersatu memikul beban dakwah-Mu, hati-hati ini telah mengikat janji setia untuk mendaulat dan menyokong syariat-Mu.

(Heri Heryanto, dakwatuna.com)

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post