Mayoritas dari umat Islam
merupakan Islam keturunan atau dengan kata lain ia muslim karena terlahir orangtua yang muslim. Mungkin inilah yang menyebabkan jumlah umat Islam yang
besar sebenarnya masih belum memiliki pemahaman yang utuh sehingga belum mampu
menampakkan nilai-nilai kebaikan sebagaimana yang dulu dicapai pada generasi
awal umat ini. Contohnya, negeri kita yang berpenduduk mayoritas muslim
belum mampu menjadi pelopor peradaban yang mencontohkan nilai-nilai kebaikan
bernuansa akhirat maupun menjadi kiblat kemajuan duniawi. Apa sebenarnya yang
perlu dibenahi?
Mari kita tengok kembali
bagaimana aplikasi keislaman para sahabat Rasulullah yang mendapatkan tarbiyah
langsung dari penghulu para nabi ini. Sebagian dari para sahabat nabi dulunya
pernah melakukan hal-hal buruk pada masa jahiliyah, sebelum mereka mengenal
Islam. Namun setelah mereka bersyahadat, segala potensi kebaikan pada mereka
langsung keluar menutupi keburukan yang pernah mereka lakukan. Mereka mengalami
perubahan yang besar dalam kehidupannya. Pemahaman yang benar terhadap
syahadat memberikan perubahan yang mendasar dalam
kehidupan manusia termasuk
para sahabat Rasulullah tersebut, yaitu perubahan
dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka
dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya." (Al Baqarah: 257)
Ketika kita memahami bahwa seorang yang
bersyahadat itu bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah, tidak ada yang
patut untuk ditaati, kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan terjadi
perubahan yang langsung menghunjam pada keyakinan, kemudian pemikiran, dan kehidupan secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat. Kesadaran
untuk tunduk sebagai hamba kepada Allah yang Maha Pencipta menjadikan manusia
yang bersyahadat meninggalkan segala kesombongannya. Manusia yang sadar akan
hakikat dirinya yang lemah akan tunduk taat kepada aturan yang Allah berikan
padanya. Manusia yang bersyahadat dengan benar akan meyakini aturan Allah
sebagai pedoman hidup yang pasti akan mendatangkan kebaikan.
Segala perbuatan yang semula ditujukan kepada
selain Allah, menyekutukan Allah, untuk meraih kemuliaan pribadi, berubah menjadi hanya untuk Allah Ta’ala. Berbagai berhala yang sebelumnya ditaati,
apakah itu untuk memuaskan hawa nafsu pribadi, keinginan untuk berkuasa,
keinginan untuk menimbun harta, sehingga mengeksploitasi orang lain,
ditinggalkan semuanya.
Ketika kita memahami bahwa
seorang yang bersyahadat itu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka
kita meyakini bahwa memahami Islam secara utuh hanya bisa dicapai dengan
mengikuti tuntunan dan teladan beliau. Maka jadilah seorang muslim memiliki
sosok panutan yang sempurna yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
bukan hanya mengajarkan teori tapi juga mampu memberi contoh-contoh hidup dalam
segala sisinya.
Pemahaman atas syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia telah
merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Sudah umum kita ketahui betapa buruknya kehidupan
masyarakat pada zaman itu namun Rasulullah beserta para sahabat beliau mampu
mereformasi kondisi itu menjadi kehidupan yang penuh kemuliaan. Sebagai contoh
pribadi; Umar bin Khatthab adalah seorang yang dulu sangat membenci Rasulullah,
ia pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup karena kepercayaan
jahiliyahnya. Ia bahkan pernah menyembah berhala yang dibuat dari tepung gandum
lalu dimakannya ketika lapar. Namun ketika bersyahadat, ia menjadi seorang
pembela Rasulullah yang sangat ditakuti oleh musuh. Bahkan setan pun tidak
berani berpapasan dengannya. Sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar ash Shiddiq,
Umar bin Khatthab kelak menjadi pemimpin yang adil, beliau tidak malu memikul
sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang wanita miskin beserta
anak-anaknya yang sedang kelaparan.
Dalam kehidupan sosial,
masyarakat yang sebelumnya tenggelam dalam perbuatan buruk berubah menjadi kaum
muslimin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dahulu mereka gemar
minum-minuman keras, tapi kemudian turunlah ayat ke-92 surat Al Maidah,
"Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu)." (Al Maidah: 91)
Maka mereka segera berhenti. Ada diantara sahabat yang sedang meminum
minuman keras langsung memuntahkannya, persediaan minuman keras yang disimpan
segera dibuang. Sebelum Rasulullah diutus, mereka sering berperang antar suku
atau kabilah. Tapi setelah bersyahadat, mereka menjadi saudara yang saling
membantu dan melindungi. Sebelum Islam datang, riba merajalela namun setelah mengucap
syahadat mereka segera meninggalkannya. Masyarakat menjadi aman, sehingga
sangat sedikit kasus kejahatan yang terjadi.
Sebagai kesimpulan, dua kalimat syahadat mengandung nilai yang sangat
penting bagi tiap manusia. Untuk mengembalikan keagungan umat Islam dengan
pedoman hidupnya yang rahmatan lil ‘alamiin ini kita harus belajar memaknai
kembali dua kalimat syahadat yang sudah kita hafalkan. Dengan begitu kita dapat
membuang kerak jahiliyah yang masih menutupi nurani dan cara berfikir kita.
Pemahaman inilah yang akan mampu menggerakkan jiwa-jiwa individu muslim,
berlomba-lomba melakukan kebaikan dalam segala hal sebagai ibadah kepada Allah
Ta’ala.
Wallahu a’lam.