Mengapa Harus Cinta ?

Pernah ada yang mempertanyakan, kenapa sih tagline yang diangkat oleh PKS adalah cinta, kerja, dan harmoni? Barangkali kata-kata itu terlalu lembut bagi beberapa orang dengan semangat yang berkobar-kobar di dadanya atau entah apa yang melandasi pertanyaan itu. Tapi sebagai muslim yang ingin meneladani Rasulullah Muhammad, baiknya coba kita kembali membuka lembaran perjalanan dakwah beliau sambil menikmati keseharian di negeri kita tercinta.
Muhammad, begitu namanya, adalah manusia yang paling mulia di muka bumi sejak diciptakannya Adam hingga manusia terakhir nanti disapa oleh malaikat maut. Ia menapaki jejak para anbiya yang telah mendahuluinya dengan segala perniknya. Berbagai cemooh dan ejekan dari mereka yang ingkar menghiasi langkahnya. Fitnah dan tuduhan keji dari kaumnya sendiri menghunjam hatinya. Ia yang begitu agung akhlaknya dituduh sebagai tukang sihir yang memisahkan sanak dengan keluarga sebagaimana dulu Yusuf yang tampan dan bijaksana dituduh sebagai pelaku pelecehan seksual, tidak tanggung-tanggung korbannya, ibu angkatnya sekaligus istri pejabat tinggi negeri Mesir. Betapa miripnya dengan tuduhan korupsi yang menerpa seorang ustadz pemimpin partai kita semua. Lontaran batu-batu Thaif pun pernah melukai baginda Nabi hingga malaikat Jibril tergopoh menyapa. Namun bagaimana reaksi beliau sungguh menjadi teladan bagi kita semua. Dengan cintanya beliau justru mendoakan mereka yang telah menghinanya. Itulah sunnahnya dakwah, mengemban risalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di sini kita menemukan kenapa PKS harus menebarkan cinta di bumi nusantara. Karena kita mencontoh Rasulullah. Cintalah yang membuat Rasulullah mencegah malaikat menimpakan gunung kepada penduduk Thaif. Cintalah yang membuat beliau rela menanggung derita bertahun-tahun hingga akhirnya seluruh penduduk Mekah menerima kehadiran beliau kembali untuk membersihkan Ka’bah dari berhala. Maka karena cinta pada Allah, kemudian pada manusialah, seluruh kader PKS harus terus bergerak memperbaiki negerinya.
Lalu ada apa dengan kerja? Apakah mungkin kesuksesan didapat tanpa kerja? Sejak kecil Nabi Muhammad bersusah payah menggembala kambing lalu berdagang ke negeri Syam. Ia tak lelah bersimpuh untuk mendekatkan diri pada Rabb-Nya dan juga berkeliling menyeru manusia untuk mengikuti wahyu Allah Ta’ala. Ia harus berlelah-lelah membelah batu di medan Khandaq, menempuh perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, melintasi padang pasir untuk menyongsong kekuatan zhalim Byzantium di Tabuk. Jika kita tengok kampung halaman kita, sebanyak apapun kekayaan alam yang tertidur di balik zamrud Khatulistiwa tak akan bermakna apa-apa tanpa kerja. Menyanyikan pujian akan tanah kita yang subur tak akan membuat sertamerta padi dan palawija menjadi ranum untuk dipanen.
Sedangkan harmoni? Sekali lagi mari kita tengok kisah sang Nabi yang mulia. Sesaat setelah tiba di Madinah, beliau menyepakati sebuah perjanjian dengan seluruh rakyat Madinah. Sebuah perjanjian yang boleh jadi telah menginspirasi para ulama yang turut terlibat dalam pembentukan Indonesia tercinta. Entah itu muslim, yahudi, dan kaum musyrik yang ada di Madinah, Rasulullah mengikat janji dengan semua tanpa diskriminasi terhadap siapapun. Dengannya diharapkan akan ada harmoni yang membuahkan ketenteraman dan kesejahteraan. Sejak kemerdekaannya, bangsa Indonesia seringkali mengalami konflik internal karena perbedaan diantara anak bangsa. Maka jika kita semua menginginkan Indonesia yang diberkahi, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, maka harmoni adalah salah satu kuncinya. Harmoni bukan berarti melebur atau meniadakan sama sekali perbedaan yang ada tapi lebih kepada menghargai, menghormati sesama dan memaksimalkan potensi yang ada karena Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berbuat ihsan (yang terbaik) kepada siapapun dan apapun.
Dalam hari-hari yang kurang dari sebulan jelang Pemilu, marilah kita kobarkan semangat dan maksimalkan kerja untuk terus memperbaiki Indonesia. Baru saja PKS telah “memutihkan” GBK, maka terus jaga hati-hati kita agar putih bersih. Agar kita tetap tsabat, teguh dalam memperjuangkan Islam yang rahmatan lil alamin, tetap bersemangat menghadapi Pemilu 9 April.
Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Melayani, Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Maju, semoga Allah Ta’ala senantiasa mengampuni kesalahan, membimbing dan merahmati kita semua.
Previous Post Next Post