Tidak
ada yang pernah menduga bila Muhammad Tiakoly dapat menjadi anggota legislatif
dari Daerah Pemilihan (Dapil) 2 Kabupaten Teluk Bintuni. Selain tidak memiliki
modal uang yang cukup, ia sendiri buta tentang aktivitas politik. Tapi rupanya
Allah berkehendak lain, kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan di masa silam
rupanya memuluskan jalannya menjadi anggota dewan.
![]() |
Muhammad Tiakoly |
“Tugas
saya saat itu adalah supir speed,
jadi setiap hari saya menyeberangkan logistik dan karyawan dari kota Bintuni ke
Distrik Sumuri. Kondisi geografis di sana sangatlah sulit karena berupa teluk
yang memisahkan dua daratan. Apabila melalui darat kita harus memutar dan
memakan waktu enam jam, bila dengan speed
hanya butuh waktu tiga jam,” terangnya.
Ayah
berputri dua ini kemudian bercerita bahwa sebenarnya ia tidak berangan-angan
menjadi anggota dewan.Namun karena aspirasi dari masyarakat ia memberanikan
diri untuk terjun menjadi calon legislatif. Saat itu ia belum memiliki
kendaraan politik tapi kemudian memilih bergabung ke PKS yang membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk bergabung menjadi caleg. Kebetulan juga ia
kenal dengan pengurus DPD PKS Kabupaten Teluk Bintuni sehingga ia merasa cocok
dan nyaman berjuang dengan PKS.
“Terus
terang saja saya tidak memiliki uang saat mendaftar menjadi caleg. Sementara
saya perhatikan partai-partai besar sejak jauh-jauh hari sudah menyiapkan modal
sangat banyak untuk kampanye dan amunisi di kampung-kampung,” ujarnya. Namun ia
tidak patah semangat, tanpa memiliki tim sukses ia bergerilya dari rumah ke
rumah melakukan silaturahmi sekaligus memperkenalkan dirinya.
Alhamdulillah
hasilnya sangat signifikan. Untuk Dapil 2 Muhammad Tiakoly menduduki peringkat
ke-tiga suara terbanyak. Namun untuk tingkat Distrik Sumuri, ia menang telak
dengan 702 suara unggul jauh dari saingannya dari partai besar yang hanya
meraup 400 suara.
Saat
ditanya apa kunci kesuksesan sehingga ia bisa terpilih, ternyata jawabannya
sederhana: “kebaikan”. Saat menjadi supir speed
ia sering menolong penumpang yang dari masyarakat biasa yang tidak memiliki
uang untuk menyeberang. Kebanyakan dari masyakarat ini adalah orang Papua Asli
dan transmigran dari Jawa. “Kondisi ekonomi di Distrik Sumuri sangatlah sulit
karena banyak orang tidak mampu. Sejak saya pegang speed tahun 1997-2010 (13 tahun) saya sering memberikan tumpangan
gratis ke masyarakat. Meski terkadang saya dimarahi oleh atasan atau ditegur
teman sendiri,” ujarnya sambil tertawa. Tak jarang ia merogoh koceknya sendiri
untuk membeli solar agar bisa membantu masyarakat miskin itu menyeberang. Rupanya
“kebaikan” yang ia tebar membuahkan hasil positif,ia meraup jumlah suara yang
banyak di kampung-kampung transmigran. Selain itu 200 suara ia peroleh dari
tiga kampung masyarakat Papua Asli.
Salah
satu faktor keberhasilan lainnya adalah ia dikenal sebagai tokoh yang amanah
dan tangguh. Saat perusahaannya gulung tikar di tahun 2010 puluhan karyawan,
termasuk dia, terkena PHK namun dibekali dengan pesangon yang tidak layak.
Merasa diperlakukan tidak adil ia berinisiatif menggugat masalah ini ke ranah
hukum dan ternyata gugatannya di menangkan oleh Pengadilan Negeri di tahun
2012. Sehingga seluruh karyawan yang di-PHK memperoleh haknya. Ia sendiri sejak
tahun 2010 hingga sekarang membuka usaha pengolahan kayu bekerjasama
dengan teman-temannya.
Muhammad Tiakoly bersama Aleg PKS se-Papua Barat (ke-empat dari kanan)
Saat ditanya apa yang akan ia lakukan kelak saat
menjadi anggota legislatif Muhammad Tiakoly menjawab bahwa ia perlu belajar
banyak. “Saya tidak pernah bermimpi menjadi anggota dewan dan saya ini orang
kampung. Jadi bagaimanapun juga saya perlu belajar banyak dari PKS dan berupaya
sekuat tenaga agar masyarakat di Teluk Bintuni tercapai keadilan dan
kesejahteraannya,” tambahnya. (Feb)