Oleh: Nurhaya Djafar,S.Pt. (Ketua BPKK DPW PKS Papua Barat)
Mari dampingi anak-anak istimewa dengan cinta dan empati dari orang tua dan orang terdekat karena mereka juga butuh melihat warna dunia dengan caranya sendiri.
Tanggal 2 april diperingati sebagai hari Peduli Autis Sedunia, hal menarik tentunya mengingat keberadaan anak autis yang begitu istimewa. Tidak sedikit istilah yang menyebut mereka “anak surga”, bisa jadi sebagai satu janji kepada para orang tua yang diamanahi Tuhan dengan keberadaan anak-anak spesial ini.
Data yang terhimpun menunjukkan
sekitar 2,4 juta jiwa pengidap autis di Indonesia pada tahun 2018. Kondisi ini
terus bertambah hingga sekarang. Rilis data tersebut harus benar-benar menjadi
kajian mendalam bagi dunia pendidikan di Indonesia, mengingat anak-anak autis
juga merupakan asset bangsa yang nantinya akan menjadi orang-orang besar
seperti Mozart, Susan Boyle, dll.
Karena hal itu semua
pihak harus menyadari bahwa anak yang merupakan anugrah terindah dari Allah
tuhan yang Maha Esa tersebut diamanahkan bukan tanpa alasan, bisa jadi sebagai
ujian kepada orang tua namun sejatinya hadiah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya
hingga purna tugas kita sebagai orang tua. Meskipun tentu akan membutuhkan
perlakuan yang berbeda dengan anak-anak normal umumnya, anak-anak istimewa
(autis) membutuhkan kesabaran dan
perhatian ekstra terutama dari orang tua dan keluarga terdekat.
Kunci utama dalam
mengasuh anak-anak autis adalah empati. Mereka
butuh dimengerti oleh orang-orang disekitarnya, karena kebutuhan anak autis
adalah komunikasi yang nyambung dengan meraka. Maka orang tua harus memiliki stock
sabar yang banyak, InsyaAllah anak-anak istimewa itu sudah Allah anugerahkan juga
kelebihan dan potensi yang apabila diasah akan sangat luar biasa bahkan bisa
melebihi anak normal.
Mari dampingi anak-anak
istimewa dengan cinta dan empati dari orang tua dan orang terdekat karena
mereka juga butuh melihat warna dunia dengan caranya sendiri.
Post a Comment